Kamis, 29 November 2012

Efektifitas dan Efisiensi dalam Administrasi Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah atau dirumah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal didalam proses belajar hendaklah kita memperhatikan program-program yang menjadikan suksesnya suatu proses belajar, maka salah satu cara untuk mensukseskan program – program tersebut ialah meningkatkan nilai efektifitas dan efisiensi dalam administrasi pendidikan.
Maka dari itu kami akan menyajikan makalah dengan judul efektifitas dan efisiensi dalam administrasi pendidikan, sebagai wacana untuk kita diskusikan bersama.

B. Rumusan masalah
1.           Apa yang dimaksud efektifitas dalam administrasi pendidikan?
2.           Apa pula yang dimaksud efisiensi dalam administrasi pendidikan?
3.           Bagaimana langkah untuk menciptakan suatu lembaga pendidikan yang bermutu dan efektif?
4.           Bagaimana cara memperoleh efisiensi dan efektifitas dalam belajar?

C. Tujuan penulisan makalah
Mengetahui pengertian dari efektifitas dan efisiensi administrasi pendidikan yang merupakan langkah menuju pendidikan yang bermutu dan berkualitas, serta cara memperoleh efisiensi dan efektifitas dalam belajar.









BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Efektifitas dan Efisiensi
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien, begitu juga sebaliknya. Penyelesaian secara efektif bisa saja memakan waktu yang lama sedangkan yang efisien barangkali akan membuahkan hasil yang kurang maksimal.
Lebih jelasnya, efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif, atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
B. Efektivitas dalam Administrasi Pendidikan

            Adapun yang dimaksud Efektivitas dalam Administrasi Pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas atau manfaat. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk.

            Jadi, keefektivan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas (Wowo Sunaryo K, 2009). Achmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia memberi komentar: “efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal pegawai serta lingkungan budayanya.

C. Efisiensi dalam Administrasi Pendidikan

Efisiensi dalam Administrasi Pendidikan adalah diartikan sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output. Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang sepadan.    Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional  sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan (Achmad Sanusi dalam Wowo Sunaryo K, 2009).

D. Kereteria pendidikan yang Efektif dalam suatu lembaga
Ada beberapa kireteria suatu sekolah bisa dikatakan efektif atau bermutu, yaitu;
1. Layanan belajar bagi siswa
2. Pengelolaan dan layanan siswa
3. Sarana dan prasarana sekolah
4. Program dan pembiyayaan
5. Partisipasi masyarakat
6. Budaya sekolah[1]

1. Layanan belajar bagi siswa
Dimensi ini mencakup seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan mutu pengalaman belajar. Indikator mutu layanan belajar siswa ini mencakup:
a.       Mutu mengajar guru
Aspek  ini  merupakan    refleksi   dari   kinerja  profesional  guru  yang ditunjukan  dalam  penguasaan bahan ajar, metode dan teknik mengajar untuk  mengembangkan  interkasi  dan  suasana  belajar mengajar yang menyenangkan, pemanfaatan fasilitas dan  sumber  belajar, melaksanakan evaluasi  hasil  belajar.  Indikator  mutu   mengajar dapat pula dilihat dalam dokumen perencanaan   mengajar, catatan  khusus  siswa bermasalah,  program  pengayaan,  analisis tes hasil belajar, dan sistem informasi kemajuan/prestasi belajar siswa.

b. Kelancaran layanan belajar mengajar
Sesuai  dengan jadwal  layanan   belajar  mengajar  merupakan “core bussiness” sekolah. Bagaimana   kelancaran  layanan  tersebut, sesuai dengan jadwal yang telah   disusun  merupakan indikator penting kinerja manajemen  sekolah   efektif.  Adanya  gejala  “kelas bebas”  karena guru tidak  masuk  kelas  atau  para siswa tidak belajar disebabkan oleh interupsi   rapat   sekolah   atau   kegiatan  lainnya, merupakan  keadaan yang tidak boleh dianggap wajar.
c. Umpan balik yang diterima siswa
Siswa sepatutnya memperoleh umpan   balik  yang   menyangkut  mutu pekerjaannya,   seperti  hasil ulangan, ujian atau tugas-tugas  yang telah dilakukannya.  
d. Layanan keseharian guru terhadap siswa
Untuk kepentingan  pengajaran  atau  hal  lainnya,  murid  memerlukan menemui gurunya untuk berkonsultasi. Kesediaan guru untuk melayani konsultasi siswa sangat penting untuk mengatasi kesulitasn belajar.
e. Kepuasan siswa terhadap layanan  mengajar guru
Siswa  merupakan customer primer di sekolah, dan oleh karenanya  mereka  sepatutnya  mendapatkan  kepuasan  atas  setiap  layanan yang ia terima di sekolah. 
f. Kenyamanan ruang kelas 
Ruang kelas yang baik memenuhi  kriteria ventilasi, tata cahaya, kebersihan, kerapihan, dan   keindahan  akan  membuat  para  penghuninya  merasa nyaman dan aman berada di dalamnya.  
g. Ketersediaan fasilitas Belajar
Sekolah  memiliki  kewajiban menyediakan setiap  fasilitas  yang  mendukung implementasi  kurikulum,  seperti   laboratorium,  perpustakaan fasilitas olah raga  dan  kesenian, dan fasilitas  lainnya  untuk  pengembangan aspek-aspek kepribadian.  
h. Kesempatan siswa menggunakan fasilitas sekolah
Sekolah  diartikan  untuk melayani  para  siswa yang belajar dan  oleh  karenanya  para siswa  hendak  diperlukan  sebagai pihak yang  harus  menikmati  penggunaan  setiap  fasilitas  yang  tersedia  di sekolah,  seperti   fasilitas olah raga, kesenian dalam segala bentuknya,ruang serba guna, kafteria, mushola, laboratorium, perpustakaan, komputer, internet dan lain sebagainya




2. Pengelolaan dan Layanan Siswa
Sebagai customer (pelanggan), para siswa sepatutnya memperoleh kepuasan dalam belajar. Kepuasan tersebut menyangkut mutu layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya, serta pemenuhan mutu layanan dalam  menjalani tugas-tugas perkembangan  pribadinya, sehingga mereka lebih memahami realitas dirinya dan dapat mengatasi sendiri persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan pemenuhan kebutuhan kemanusia- annya (dari kebutuhan dasar, rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri).  
Selain itu, untuk menjamin layanan tersebut, sekolah yang efektif akan menyediakan layanan bimbingan konseling dan sistem informasi yang menunjang. 
Demikian pula layanan untuk mememuhi bakat dan minat anak dalam bentuk pengembangan program-program extra kurikuler mendapat perhatian yang berarti. Dalam kondisi seperti demikian, sekolah yang efektif akan memiliki siswa yang disiplin dengan motivasi belajar yang tinggi

3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana dan prasarana atau disebut sebagai fasilitas sekolah mencakup, gedung, lahan dan peralatan pelajaran. Aspek penting dari gedung tersebut adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang kelas di mana “core bussiness” pendidikan di sekolah diselenggarakan. Aspek lain dari gedung adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang manajemen (ruang kerja kepala sekolah dan layanan administratif),ruang kerja guru, ruang kebersamaan  (common room), dan fasilitas gedung lainnya seperti kafetaria, toilet, dan ruang pentas. Lahan sekolah yang baik ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan kenyamanan bagi penghuninya. Sekolah yang efektif menyediakan media pembelajaran yang dibtuhkan siswa seperti buku-buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang relevan, alat-alat pelajaran dan peraga yang mendukung kurikulum sekolah. Seluruhnya peralatan pengajaran tersebut, digunakan secara optimal  sesuai dengan fungsi-fungsinya.

4. Program dan Pembiayaan
a)      Sekolah yang efektif memiliki perencanaan strategik dan tahunan yang dipatuhi dan diketahui oleh masyarakat sekolah. 
b)      Kepemilikan perencanaan stratejik sekolah membantu mengarahkan dinamika  orientasi sekolah yang dimbimbing visi, misi, kejelasan prioritas program, sasaran dan indikator keberhasilannya.
c)      Perencanaan tahunan merupakan penjabaran dari perencanaan stratejik yang berisi program-program berisi program-program operasional sekolah. 
d)      Program-program tersebut, didukung oleh pembiayaan yang memadai dengan sumber-sumber anggaran yang andal dan permanen. 
e)      Kebijakan dan keputusan yang menyangkut pengembangan sekolah tersebut dilakukan dengan memperhatikan  partisipatif staf dan anggota masyarakat sekolah (dewan/komite sekolah).

Dalam kondisi seperti itu akuntabilitas kelembagaan sekolah, baik yang dilakukan melalui“self-assessment/ internal monitoring, maupun melalui “external evaluation” akan berkembang secara sehat karena semua fihak yang berkepentingan (stakeholder) mendapat tempatnya dalam setiap aspek pengembangan sekolah.

5. Partisipasi Masyarakat
Di samping memberdayakan secara optimal staf yang dimilikinya, sekolah yang efektif akan menaruh perhatian  yang sungguh-sungguh pula terhadap pemberdayaan masyarakat sekolah. Hal itu akan diwujudkan dengan cara menyediakan wadah yang memungkinkan mereka, yaitu fihak-fihak yang berkepentingan ikut terlibat dalam memikirkan, membahas, membuat keputusan, dan mengontrol pelaksanaan sekolah.  Wadah seperti itu, dalam penyelenggaraan sekolah-sekolah di Australia dikenal sebagai “school council”, yang di Indonesia diusulkan komite sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat setempat (seperti tokoh agama, pengusaha, petani sukses, cendikiawan, politikus, dan sejenisnya), dan refresentatif staf dari Depdiknas setempat.

6. Budaya Sekolah
a)      Budaya sekolah merupakan tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laku keseharian, baik perorangan maupun kelompok. 
b)      Budaya sekolah dapat diartikan sebagai respon psikologis penghuni sekolah terhadap peristiwa kehidupan keseharian yang terjadi di sekolah.
c)      Budaya sekolah akan berpengaruh terhadap pencapaian misi sekolah apabila melahirkan respon psikologis yang positif  dan menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah
d)      Sebaliknya, budaya sekolah  bersifat destruktif apabila melahirkan respon yang negatif atau kurang menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. 
e)      Budaya sekolah  dalam pengertian ini sering diartikan sama dengan iklim sekolah, yaitu suasana kehidupan keseharian yang berlangsung di sekolah yang memberi pengaruh  langsung atau tidak langsung terhadap respon psikologis para penghuninya. [2]

E. Cara untuk Memperoleh Efisiensi dan Efektifitas Belajar
1.Ragam Pendekatan Belajar

a. Pendekatan hukum Jost.

       Menurut Reber ( 1988 ), salah satu asumsi penting yang mendasari hukum Jost adalah siswa yang lebih sering mempraktekan meteri pelajaran akan mudah mngingat kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni, maksudnya adalah ketika siswa mempelajari materi tersebut yang panjang dan kompleks dengan alokasi waktu dua jam perhari selama empat hari akan lebih efektif dari pada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu empat jam sehari tetapi hanya selama dua hari, perumpamaan dengan cara mencicil tersebut hingga kini masih dipandang cukup berhasil terutama untuk materi-meteri yang bersifat hafalan.

b. Pendekatan Ballard dan Clanchy
       Menurut Ballard dan Clanchy ( 1990 ) ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan yaitu sikap melestarikan apa yang sudah ada Conserving dan sikap memperluas Extending. Siswa yang conserving umumnya mengunakan pendekatan belajar dengan Reproduktif yaitu belajar dengan menghafal, menjelaskan, meringkas yang tujuannya untuk menyebutkan kembali materi-materi yang sudah disampaikan. Sedangkan siswa yang extending umumnya menggunakan pendekatan Analitis yaitu belajar dengan berfikir kritis, berargumen yang tujuannya pembentukan kembali materi kedalam pola baru atau berbeda.

           Diantara mereka ( siswa ) yang bersifat extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan Spekulatif yaitu belajar dengan mencari kemungkinan dan penjelasan baru yang tujuannya menciptakan atau mengembangkan materi pengetahuan.

c. Pendekatan Biggs.
       Menurut hasil penelitian Biggs ( 1991 ), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga prototype ( bentuk dasar ) yakni :
       Pendekatan surface ( pendekatan permukaan ).
 Yaitu siswa belajar karena dorongan dari luar Ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu, gaya belajarnya pun santai, asal hafal dan tidak secara mendalam dalam memahami materi, pendekatan ini tidak baik digunakan untuk siswa karena siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar.
 Pendekatan deep ( mendalam )
Yaitu siswa dalam mempelajari materi sungguh-sungguh, serius, lulus dengan nilai baik adalah penting bagi siswa ini tetapi yang paling penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya
 Pendekatan achieving ( pencapaian prestasi tinggi )
Yaitu siswa belajar karena memiliki ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya, gaya belajarnya serius dan dia sangat cerdik serta efisien dalam mengatur waktu, dia sangat disiplin dan berjiwa kompetisi untuk meraih nilai yang paling tinggi dibanding dengan teman-temannya.[3]

2. Ragam Metode Belajar
a. Metode SQ3R
Metode ini dikembangkan oleh Francis P.Robinson untuk mempelajari teks yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah dan laporan penelitian. Metode SQ3R meliputi :
 1. Survey, yaitu memeriksa atau mengidentifikasi seluruh teks.
 2. Question, yaitu menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks.
 3. Read,yaitu membaca teks secara ektif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-    pertanyaan yang telah tersusun.
 4. Recite, yaitu menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan.
5. Review, yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang     tersusun pada langkah ke dua dan ke tiga.
b. Metode PQ4R
Metode belajar lain yang dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami teks adalah metode ciptaan Thomas dan Robinson ( 1972 ) yaitu PQ4R, metode tersebut terdiri atas enam langkah pendukung upaya pembelajaran materi bab dalam teks atau buku, enam langkah tersebut merupakan singkatan dari PQ4R, yaitu :
 1. Preview, yaitu bab yang akan dipelajari hendaknya disurvei terlebih dahulu untuk menemukan topic umum yang terdapat didalamnya, kemudian sub bab yang ada didalam bab tersebut hendaknya diidentifikasi sebagai unit-unit yang akan dibaca.
2. Question, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan sub bab hendanya disusun misalnya dengan cara mengubah judul sub bab yang bersangkutan kedalam bentuk kalimat bertanya.
3. Read, yaitu isi sub bab hendaknya dibaca secara cermat sambil mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan yang telah disusun tadi.
4. Reflect, yaitu selama membaca isi sub bab hendaknya dikenang secara mendalam dalam pikiran dengan berusaha memahami isi dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
5. Recite, yaitu setelah sebuah sub bab dibaca informasi yang terdapat didalamnya hendaknya diingat-ingat lalu semua pertanyaan mengenai sub bab tersebut dijawab. Jika ada jawaban yang kurang memuaskan maka bagian yang sulit diingat dan menyebabkan kesalahan jawaban itu hendaknya dibaca lagi.
 6. Review, yaitu setelah menyelesaikan satu bab tanamkanlah materi bab tersebut kedalam memori sambil mengingat intisarinya kemudian jawablah sekali lagi seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan sub-sub bab dari bab tersebut
.














BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Efektivitas dalam Administrasi Pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk.
Efisiensi dalam Administrasi Pendidikan adalah sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output. Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional  sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan
Efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran tidak hanya bergantung pada rencana dan model pembelajaran, tetapi yang terutama adalah pada kemampuan guru untuk memanfaatkan setiap peluang yang muncul pada saat-saat pembelajaran sedang berlangsung. Model pembelajaran merupakan suatu susunan kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memunculkan peluang-peluang tertentu yang diinginkan oleh penyusunnya. Jenis-jenis peluang yang lain yang tidak direncanakan juga akan muncul. Semua peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh guru dengan cara yang tepat, agar hasil belajar siswa meningkat dengan baik.

B. Rekomendasi
            Dikarenakan administrasi merupakan hal penting yang harus ada dalam sebuah lembaga pendidikan, maka pembelajaran tentang ilmu ini perlu ditekankan. Mahasiswa hendaknya banyak membaca literatur – literatur buku yang menerangkan tantang administrasi pendidikan sebagai bekal dalam mengembangkan dan menigkatkan output yang berkualitas.








DAFTAR PUSTAKA

1.       Ismail, Imadudin. Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anak-Anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1980.
2.      Syach, Muhibbin. Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
3.      Syaiful Sagala Dr H. M.Pd Administrasi Pendidikan Kontemporer,
4.      Engkoswara Prof. Dr. H., M.Ed dan Aan Komariah, Dr. M.Pd.,Administrasi Pendidikan,
5.      Daryanto Drs. H.M. Administrasi Pendidikan,








[1] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.hal 43

[2] Imadudin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anak-Anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1980.ha l44

[3] Muhibbin Syach, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.hal.76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar