BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah atau dirumah.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal didalam proses belajar hendaklah kita
memperhatikan program-program yang menjadikan suksesnya suatu proses belajar,
maka salah satu cara untuk mensukseskan program – program tersebut ialah meningkatkan
nilai efektifitas dan efisiensi dalam administrasi pendidikan.
Maka dari
itu kami akan menyajikan makalah dengan judul efektifitas dan efisiensi dalam
administrasi pendidikan, sebagai wacana untuk kita diskusikan bersama.
B. Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud efektifitas dalam administrasi pendidikan?
2.
Apa pula yang dimaksud efisiensi dalam administrasi pendidikan?
3.
Bagaimana langkah untuk menciptakan suatu lembaga pendidikan yang bermutu
dan efektif?
4.
Bagaimana cara memperoleh efisiensi dan efektifitas dalam belajar?
C. Tujuan penulisan makalah
Mengetahui pengertian dari
efektifitas dan efisiensi administrasi pendidikan yang merupakan langkah menuju
pendidikan yang bermutu dan berkualitas, serta cara memperoleh efisiensi dan
efektifitas dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Efektifitas dan
Efisiensi
Efektifitas adalah melakukan tugas yang
benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian
yang efektif belum tentu efisien, begitu juga sebaliknya. Penyelesaian secara
efektif bisa saja memakan waktu yang lama sedangkan yang efisien barangkali akan
membuahkan hasil yang kurang maksimal.
Lebih jelasnya, efektivitas adalah
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternatif, atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa
pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai
contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah
ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya
secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa
tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara
yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat
dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan
keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A
membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A
lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai
menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
B. Efektivitas dalam Administrasi Pendidikan
Adapun
yang dimaksud Efektivitas dalam Administrasi Pendidikan adalah suatu kegiatan
yang mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu
sasaran program. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai
makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas atau
manfaat. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya
suatu produk.
Jadi,
keefektivan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas
(Wowo Sunaryo K, 2009). Achmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia memberi komentar:
“efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan
dalam rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan
interpersonal pegawai serta lingkungan budayanya.
C. Efisiensi dalam Administrasi Pendidikan
Efisiensi dalam Administrasi
Pendidikan adalah diartikan sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji
secara empiris hubungan antara input
dan output. Dari sisi produk
efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan
keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis
pembatas antara sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan
proporsional sehingga menghasilkan
sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan (Achmad
Sanusi dalam Wowo Sunaryo K, 2009).
D. Kereteria pendidikan yang Efektif dalam suatu lembaga
Ada beberapa kireteria suatu sekolah bisa dikatakan
efektif atau bermutu, yaitu;
1. Layanan belajar bagi siswa
2. Pengelolaan dan layanan siswa
3. Sarana dan prasarana sekolah
4. Program dan pembiyayaan
5. Partisipasi masyarakat
6. Budaya sekolah[1]
1. Layanan belajar bagi siswa
Dimensi ini mencakup seluruh
kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan mutu pengalaman belajar. Indikator
mutu layanan belajar siswa ini mencakup:
a. Mutu mengajar guru
Aspek ini
merupakan refleksi dari
kinerja profesional guru
yang ditunjukan dalam penguasaan bahan ajar, metode dan teknik
mengajar untuk mengembangkan interkasi
dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan,
pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar, melaksanakan evaluasi hasil
belajar. Indikator mutu mengajar
dapat pula dilihat dalam dokumen perencanaan
mengajar, catatan khusus siswa bermasalah, program
pengayaan, analisis tes hasil
belajar, dan sistem informasi kemajuan/prestasi belajar siswa.
b. Kelancaran layanan belajar mengajar
Sesuai dengan jadwal
layanan belajar mengajar
merupakan “core bussiness” sekolah. Bagaimana kelancaran
layanan tersebut, sesuai dengan
jadwal yang telah disusun merupakan indikator penting kinerja manajemen sekolah
efektif. Adanya gejala
“kelas bebas” karena guru
tidak masuk kelas
atau para siswa tidak belajar
disebabkan oleh interupsi rapat sekolah
atau kegiatan lainnya, merupakan keadaan yang tidak boleh dianggap wajar.
c. Umpan balik yang diterima siswa
Siswa sepatutnya memperoleh
umpan balik yang
menyangkut mutu
pekerjaannya, seperti hasil ulangan, ujian atau tugas-tugas yang telah dilakukannya.
d. Layanan keseharian guru terhadap siswa
Untuk kepentingan pengajaran
atau hal lainnya,
murid memerlukan menemui gurunya
untuk berkonsultasi. Kesediaan guru untuk melayani konsultasi siswa sangat
penting untuk mengatasi kesulitasn belajar.
e. Kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru
Siswa merupakan customer primer di sekolah,
dan oleh karenanya mereka sepatutnya
mendapatkan kepuasan atas
setiap layanan yang ia terima di
sekolah.
f. Kenyamanan ruang kelas
Ruang kelas yang baik
memenuhi kriteria ventilasi, tata
cahaya, kebersihan, kerapihan, dan
keindahan akan membuat
para penghuninya merasa nyaman dan aman berada di
dalamnya.
g. Ketersediaan fasilitas Belajar
Sekolah memiliki
kewajiban menyediakan setiap
fasilitas yang mendukung implementasi kurikulum,
seperti laboratorium, perpustakaan fasilitas olah raga dan
kesenian, dan fasilitas
lainnya untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian.
h. Kesempatan siswa menggunakan fasilitas sekolah
Sekolah diartikan
untuk melayani para siswa yang belajar dan oleh
karenanya para siswa hendak
diperlukan sebagai pihak
yang harus menikmati
penggunaan setiap fasilitas
yang tersedia di sekolah,
seperti fasilitas olah raga,
kesenian dalam segala bentuknya,ruang serba guna, kafteria, mushola,
laboratorium, perpustakaan, komputer, internet dan lain sebagainya
2. Pengelolaan dan Layanan Siswa
Sebagai customer (pelanggan),
para siswa sepatutnya memperoleh kepuasan dalam belajar. Kepuasan tersebut
menyangkut mutu layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya, serta
pemenuhan mutu layanan dalam menjalani
tugas-tugas perkembangan pribadinya,
sehingga mereka lebih memahami realitas dirinya dan dapat mengatasi sendiri
persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan pemenuhan kebutuhan kemanusia- annya
(dari kebutuhan dasar, rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri).
Selain itu, untuk menjamin layanan tersebut,
sekolah yang efektif akan menyediakan layanan bimbingan konseling dan sistem
informasi yang menunjang.
Demikian pula layanan untuk
mememuhi bakat dan minat anak dalam bentuk pengembangan program-program extra
kurikuler mendapat perhatian yang berarti. Dalam kondisi seperti demikian,
sekolah yang efektif akan memiliki siswa yang disiplin dengan motivasi belajar
yang tinggi
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana dan prasarana atau
disebut sebagai fasilitas sekolah mencakup, gedung, lahan dan peralatan
pelajaran. Aspek penting dari gedung tersebut adalah kualitas fisik dan
kenyamanan ruang kelas di mana “core bussiness” pendidikan di sekolah
diselenggarakan. Aspek lain dari gedung adalah kualitas fisik dan kenyamanan
ruang manajemen (ruang kerja kepala sekolah dan layanan administratif),ruang
kerja guru, ruang kebersamaan (common
room), dan fasilitas gedung lainnya seperti kafetaria, toilet, dan ruang
pentas. Lahan sekolah yang baik ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan
kenyamanan bagi penghuninya. Sekolah yang efektif menyediakan media
pembelajaran yang dibtuhkan siswa seperti buku-buku pelajaran dan sumber
belajar lainnya yang relevan, alat-alat pelajaran dan peraga yang mendukung
kurikulum sekolah. Seluruhnya peralatan pengajaran tersebut, digunakan secara
optimal sesuai dengan fungsi-fungsinya.
4. Program dan Pembiayaan
a)
Sekolah yang efektif memiliki perencanaan
strategik dan tahunan yang dipatuhi dan diketahui oleh masyarakat sekolah.
b)
Kepemilikan perencanaan stratejik sekolah
membantu mengarahkan dinamika orientasi
sekolah yang dimbimbing visi, misi, kejelasan prioritas program, sasaran dan
indikator keberhasilannya.
c)
Perencanaan tahunan merupakan penjabaran
dari perencanaan stratejik yang berisi program-program berisi program-program
operasional sekolah.
d)
Program-program tersebut, didukung oleh
pembiayaan yang memadai dengan sumber-sumber anggaran yang andal dan
permanen.
e)
Kebijakan dan keputusan yang menyangkut
pengembangan sekolah tersebut dilakukan dengan memperhatikan partisipatif staf dan anggota masyarakat
sekolah (dewan/komite sekolah).
Dalam kondisi seperti itu akuntabilitas kelembagaan
sekolah, baik yang dilakukan melalui“self-assessment/ internal monitoring,
maupun melalui “external evaluation” akan berkembang secara sehat karena semua
fihak yang berkepentingan (stakeholder) mendapat tempatnya dalam setiap aspek
pengembangan sekolah.
5. Partisipasi Masyarakat
Di samping memberdayakan secara optimal staf yang dimilikinya, sekolah
yang efektif akan menaruh perhatian yang
sungguh-sungguh pula terhadap pemberdayaan masyarakat sekolah. Hal itu akan
diwujudkan dengan cara menyediakan wadah yang memungkinkan mereka, yaitu fihak-fihak
yang berkepentingan ikut terlibat dalam memikirkan, membahas, membuat
keputusan, dan mengontrol pelaksanaan sekolah.
Wadah seperti itu, dalam penyelenggaraan sekolah-sekolah di Australia
dikenal sebagai “school council”, yang di Indonesia diusulkan komite sekolah,
orang tua murid, anggota masyarakat setempat (seperti tokoh agama, pengusaha,
petani sukses, cendikiawan, politikus, dan sejenisnya), dan refresentatif staf
dari Depdiknas setempat.
6. Budaya Sekolah
a)
Budaya sekolah merupakan tatanan nilai,
kebiasaan, kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laku
keseharian, baik perorangan maupun kelompok.
b)
Budaya sekolah dapat diartikan sebagai
respon psikologis penghuni sekolah terhadap peristiwa kehidupan keseharian yang
terjadi di sekolah.
c)
Budaya sekolah akan berpengaruh terhadap
pencapaian misi sekolah apabila melahirkan respon psikologis yang positif dan menyenangkan bagi sebagian besar atau
seluruh penghuni sekolah
d)
Sebaliknya, budaya sekolah bersifat destruktif apabila melahirkan respon
yang negatif atau kurang menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni
sekolah.
e)
Budaya sekolah dalam pengertian ini sering diartikan sama
dengan iklim sekolah, yaitu suasana kehidupan keseharian yang berlangsung di
sekolah yang memberi pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap respon psikologis para penghuninya. [2]
E. Cara untuk Memperoleh Efisiensi dan Efektifitas Belajar
1.Ragam Pendekatan Belajar
a. Pendekatan hukum Jost.
Menurut Reber ( 1988 ), salah satu
asumsi penting yang mendasari hukum Jost adalah siswa yang lebih sering mempraktekan
meteri pelajaran akan mudah mngingat kembali memori lama yang berhubungan
dengan materi yang sedang ia tekuni, maksudnya adalah ketika siswa mempelajari
materi tersebut yang panjang dan kompleks dengan alokasi waktu dua jam perhari
selama empat hari akan lebih efektif dari pada mempelajari materi tersebut
dengan alokasi waktu empat jam sehari tetapi hanya selama dua hari, perumpamaan
dengan cara mencicil tersebut hingga kini masih dipandang cukup berhasil
terutama untuk materi-meteri yang bersifat hafalan.
b. Pendekatan Ballard dan Clanchy
Menurut Ballard dan Clanchy ( 1990 ) ada
dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan yaitu sikap melestarikan apa
yang sudah ada Conserving dan sikap memperluas Extending. Siswa yang conserving
umumnya mengunakan pendekatan belajar dengan Reproduktif yaitu belajar dengan
menghafal, menjelaskan, meringkas yang tujuannya untuk menyebutkan kembali
materi-materi yang sudah disampaikan. Sedangkan siswa yang extending umumnya
menggunakan pendekatan Analitis yaitu belajar dengan berfikir kritis,
berargumen yang tujuannya pembentukan kembali materi kedalam pola baru atau
berbeda.
Diantara mereka ( siswa ) yang bersifat extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan Spekulatif yaitu belajar dengan mencari kemungkinan dan penjelasan baru yang tujuannya menciptakan atau mengembangkan materi pengetahuan.
c. Pendekatan Biggs.
Menurut
hasil penelitian Biggs ( 1991 ), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan
menjadi tiga prototype ( bentuk dasar ) yakni :
Pendekatan surface ( pendekatan permukaan ).
Pendekatan surface ( pendekatan permukaan ).
Yaitu siswa
belajar karena dorongan dari luar Ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang
mengakibatkan dia malu, gaya belajarnya pun santai, asal hafal dan tidak secara
mendalam dalam memahami materi, pendekatan ini tidak baik digunakan untuk siswa
karena siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar.
Pendekatan deep ( mendalam )
Yaitu siswa dalam mempelajari
materi sungguh-sungguh, serius, lulus dengan nilai baik adalah penting bagi
siswa ini tetapi yang paling penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup
banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya
Pendekatan
achieving ( pencapaian prestasi tinggi )
Yaitu siswa belajar karena
memiliki ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya
dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya, gaya belajarnya serius dan dia
sangat cerdik serta efisien dalam mengatur waktu, dia sangat disiplin dan
berjiwa kompetisi untuk meraih nilai yang paling tinggi dibanding dengan teman-temannya.[3]
2. Ragam Metode Belajar
a. Metode SQ3R
Metode ini dikembangkan oleh
Francis P.Robinson untuk mempelajari teks yang terdapat dalam buku, artikel
ilmiah dan laporan penelitian. Metode SQ3R meliputi :
1. Survey,
yaitu memeriksa atau mengidentifikasi seluruh teks.
2. Question,
yaitu menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks.
3. Read,yaitu
membaca teks secara ektif untuk mencari jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang telah tersusun.
4. Recite,
yaitu menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan.
5. Review, yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang tersusun
pada langkah ke dua dan ke tiga.
b. Metode PQ4R
Metode belajar lain yang
dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami teks adalah metode
ciptaan Thomas dan
Robinson ( 1972 ) yaitu PQ4R, metode tersebut terdiri atas enam langkah
pendukung upaya pembelajaran materi bab dalam teks atau buku, enam langkah
tersebut merupakan singkatan dari PQ4R, yaitu :
1. Preview,
yaitu bab yang akan dipelajari hendaknya disurvei terlebih dahulu untuk
menemukan topic umum yang terdapat didalamnya, kemudian sub bab yang ada
didalam bab tersebut hendaknya diidentifikasi sebagai unit-unit yang akan
dibaca.
2. Question, yaitu pertanyaan-pertanyaan
yang relevan dengan sub bab hendanya disusun misalnya dengan cara mengubah
judul sub bab yang bersangkutan kedalam bentuk kalimat bertanya.
3. Read, yaitu isi sub bab hendaknya dibaca
secara cermat sambil mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan yang telah
disusun tadi.
4. Reflect, yaitu selama membaca isi sub
bab hendaknya dikenang secara mendalam dalam pikiran dengan berusaha memahami
isi dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya dengan pengetahuan
yang sudah dimiliki sebelumnya.
5. Recite, yaitu setelah sebuah sub bab
dibaca informasi yang terdapat didalamnya hendaknya diingat-ingat lalu semua
pertanyaan mengenai sub bab tersebut dijawab. Jika ada jawaban yang kurang memuaskan maka bagian
yang sulit diingat dan menyebabkan kesalahan jawaban itu hendaknya dibaca lagi.
6. Review,
yaitu setelah menyelesaikan satu bab tanamkanlah materi bab tersebut kedalam
memori sambil mengingat intisarinya kemudian jawablah sekali lagi seluruh
pertanyaan yang berhubungan dengan sub-sub bab dari bab tersebut
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efektivitas dalam Administrasi
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengacu kepada pencapaian target secara
kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin besar persentase target
suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas
merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk.
Efisiensi dalam Administrasi Pendidikan adalah sebagai bentuk upaya untuk
mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output. Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila
biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang sepadan.
Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya
maksimum untuk membiayai beberapa input
secara kuantitas dan proporsional
sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang
telah ditetapkan
Efektivitas dan efisiensi dalam
pembelajaran tidak hanya bergantung pada rencana dan model pembelajaran, tetapi
yang terutama adalah pada kemampuan guru untuk memanfaatkan setiap peluang yang
muncul pada saat-saat pembelajaran sedang berlangsung. Model pembelajaran
merupakan suatu susunan kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memunculkan
peluang-peluang tertentu yang diinginkan oleh penyusunnya. Jenis-jenis peluang
yang lain yang tidak direncanakan juga akan muncul. Semua peluang tersebut
harus dimanfaatkan oleh guru dengan cara yang tepat, agar hasil belajar siswa
meningkat dengan baik.
B. Rekomendasi
Dikarenakan
administrasi merupakan hal penting yang harus ada dalam sebuah lembaga
pendidikan, maka pembelajaran tentang ilmu ini perlu ditekankan. Mahasiswa
hendaknya banyak membaca literatur – literatur buku yang menerangkan tantang
administrasi pendidikan sebagai bekal dalam mengembangkan dan menigkatkan output yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismail, Imadudin. Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anak-Anak, Bulan Bintang,
Jakarta, 1980.
2. Syach, Muhibbin. Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003.
3. Syaiful Sagala Dr H. M.Pd Administrasi Pendidikan Kontemporer,
4.
Engkoswara Prof. Dr. H., M.Ed dan Aan Komariah,
Dr. M.Pd.,Administrasi Pendidikan,
5. Daryanto Drs. H.M. Administrasi Pendidikan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar