PESANTREN TETAP TEGUH MELESTARIKAN
TRADISI SALAF PONDOK PESANTREN
SIDOGIRI
Persepsi
masyarakat terhadap
madrasah di era modern belakangan ini semakin menjadikan madrasah sebagai
lembaga pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
pesat, di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan, dan di
saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan
madrasah tampak makin dibutuhkan manusia modern.Terlepas dari berbagai problema
yang dihadapi, baik yang berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen,
kualitas input, dan kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem
seperti persyaratan akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang
menimbulkan kesan madrasah sebagai “sapi perah”, madrasah yang memiliki
karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh model pendidikan lainnya itu
menjadi salah satu tumpuan harapan manusia modern untuk mengatasi keringnya
hati dari nuansa keagamaan dan menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi
dan dehumanisasi yang semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban
teknologi dan materi.
Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren
dan model pendidikan sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan
dalam berbagai lingkungan. Di lingkungan pesantren, madrasah bukanlah barang
asing karena memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model pendidikan
pesantren. Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih mudah
mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang dipelajari.
Dengan metode pengajaran modern yang disertai
audio visual, kesan kumuh, jorok, ortodoks, dan eksklusif yang selama itu
melekat pada pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolitan
makin tidak malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke pesantren
dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekadar berniat menempatkan
putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis) maupun yang benar-benar
menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren tersebut, orang makin berebut
untuk mendapatkan fasilitas di sana.
Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan
pengembangan madrasah akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan
madrasah di pesantren yang pada umumnya di luar kota dirasa tidak cukup
memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, banyak model pendidikan madrasah
bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil maupun kota-kota metropolitan.
Meskipun banyak madrasah yang berkembang di luar lingkungan pesantren, budaya
agama, moral, dan etika agamanya tetap menjadi ciri khas sebuah lembaga
pendidikan Islam. Etika pergaulan, perilaku, dan performance pakaian para
santrinya menjadi daya tarik tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan hidup
dunia akhirat sebagaimana tujuan pendidikan Islam.
Jika merujuk pada teori Benjamin S. Bloom (1956)
yang dikenal dengan nama taxonomy of educational objectives, keberhasilan
pendidikan secara kuantitatif mencakup tiga domain, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Meskipun demikian, keberhasilan output (lulusan) pendidikan
hanyalah merupakan keberhasilan kognitif. Artinya, anak yang tidak pernah salat
pun, jika ia dapat mengerjakan tes PAl (Pendidikan Agama Islam) dengan baik, ia
bisa lulus (berhasil), dan jika nilainya baik, ia pun dapat diterima pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Lain halnya dengan outcome (performance) seorang
alumnus Madrasah, bagaimanapun nilai rapor dan hasil ujiannya, moral keagamaan
yang melekat pada sikap dan perilakunya akan menjadi tolok ukur bagi
keberhasilan lembaga pendidikan yang menjadi tempat ia belajar. Karena itulah
keberhasilan outcome disebut keberhasilan afektif dan psikomotorik. Bagi
lembaga pendidikan “madrasah”, kedua standar keberhasilan (output dan outcome)
yang mencakup tiga domain taxonomy of educational objectives tidak dapat
dipisahkan.
Di samping mendidik kecerdasan, madrasah juga membina moral dan akhlak
siswanya. Itulah nilai plus madrasah dibandingkan sekolah umum yang hanya
menekankan pembinaan kecerdasan intelek (aspek kognitif) saja. Dengan demikian,
madrasah dapat menjadi solusi dalam sistem pendidikan nasional.
Contoh kecil adalah Pondok pesantren sidogiri yang
berada di daerah sidogiri keraton pasuruan jawa timur. Pondok pesantren ini
memfokuskan pengajarannya pada pembinaan akhlakul karimah, hal ini karena
melihat kondisi masyarakat yang kian banyak mengalami krisis mental dan moral.
Di tengangah persaingan lembaga pendidikan menciptakan sekolah favorit, sekolah
unggulan, sekolah bertaraf internasional dan lain sebagainya, pondok pesantren
sidogiri tetap teguh pada pendiriannya yaitu melestarikan treadisi ajaran ulama
salaf. Walau pun demikian, bukan berarti
santri buta akan tehnologi. Pembelajaran ilmu umum tetap diajarkan, contoh
seperti pengembangan minat dan bakat. walaupun bagaimana ilmu dunia tetap
dibutuhkan untuk memenuhi administrasi duniawi.
Mari kita tengok lebih dekat
tentang profil pondok pesantren sidogiri ini. Bagaimana sistem struktur kepengerusannnya? Seperti apa model
pembelajarannya? Bagaimana menejemen usaha yang dikembangkannya?
A. SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN SIDOGIRI
Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid
Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah SAW dari marga Basyaiban. Ayahnya,
Sayyid Abdurrahman, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut
Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin
Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan
cucu Sunan Gunung Jati. Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok
pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah
santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean.
Konon pembabatan
Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan
belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus.
Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini
tanahnya baik dan berbarakah.
Terdapat dua
versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745.
Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok
Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum
KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29
Oktober 1963.
Dalam surat lain
tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun
tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang
ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada
tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan
hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun
pelajaran.
Selama beberapa
masa, pengelolaan Pondok Pesantren Sidogiri dipegang oleh kiai yang menjadi
Pengasuh saja. Kemudian pada masa kepengasuhan KH Cholil Nawawie, adik beliau
KH Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah permusyawaratan keluarga,
yang dapat membantu tugas-tugas Pengasuh.
Setelah usul itu
diterima dan disepakati, maka dibentuklah satu wadah yang diberi nama “Panca
Warga”. Anggotanya adalah lima putra laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan, yakni:
- KH Noerhasan Nawawie (wafat 1967)
- KH Cholil Nawawie (wafat 1978)
- KH Siradj Nawawie (wafat 1988)
- KA Sa’doellah Nawawie (wafat 1972)
- KH Hasani Nawawie (wafat 2001)
Dalam pernyataan bersamanya, kelima putra Kiai Nawawie ini
merasa berkewajiban untuk melestarikan keberadaan Pondok Pesantren Sidogiri,
dan merasa bertanggung jawab untuk mempertahankan asas dan ideologi Pondok
Pesantren Sidogiri.
Setelah tiga anggota Panca Warga wafat, KH Siradj Nawawie
mempunyai gagasan untuk membentuk wadah baru. Maka dibentuklah organisasi
pengganti yang diberi nama “Majelis Keluarga”, dengan anggota terdiri dari
cucu-cucu laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan.
Rais Majelis Keluarga pertama sekaligus Pengasuh adalah KH
Abd Alim Abd Djalil. Sedangkan KH Siradj Nawawie dan KH Hasani Nawawie sebagai
Penasehat.
Anggota Majelis
Keluarga saat ini adalah:
- KH A Nawawi Abd Djalil (Rais/Pengasuh)
- d. Nawawy Sadoellah (Katib dan Anggota)
- KH Fuad Noerhasan (Anggota)
- KH Abdullah Syaukat Siradj (Anggota)
- KH Abd Karim Thoyib (Anggota)
- H Bahruddin Thoyyib (Anggota)
Keberadaan Panca Warga dan selanjutnya Majelis Keluarga,
sangat membantu terhadap Pengasuh dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting
dalam mengelola Pondok Pesantren Sidogiri sehingga berkembang semakin maju.
Tentang urutan
Pengasuh, terdapat beberapa versi, sebab tidak tercatat pada masa lalu. Dalam
catatan yang ditandatangani KH A Nawawi Abd Djalil pada 2007, urutan Pengasuh
Pondok Pesantren Sidogiri sampai saat ini adalah:
- Sayyid Sulaiman (wafat 1766)
- KH Aminullah (wafat akhir 1700-an/awal 1800-an)
- KH Abu Dzarrin (wafat 1800-an)
- KH Mahalli (wafat 1800-an)
- KH Noerhasan bin Noerkhotim (wafat pertengahan 1800-an)
- KH Bahar bin Noerhasan (wafat awal 1920-an)
- KH Nawawie bin Noerhasan (wafat 1929)
- KH Abd Adzim bin Oerip (wafat 1959)
- KH Abd Djalil bin Fadlil (wafat 1947)
- KH Cholil Nawawie (wafat 1978)
- KH Abd Alim Abd Djalil (wafat 2005)
- KH A Nawawi Abd Djalil (2005-sekarang)
B. KOORDINASI KETUA
I PONDOK PESANTREN SIDOGIRI
a. Madrasah Miftahul
Ulum
Secara umum kegiatan pendidikan di
Pondok Pesantren Sidogiri terdiri dari dua bagian yaitu pendidikan madrasiyah
(klasikal) dan pendidikan ma’hadiyah (non-klasikal). Pendidikan madrasah
dilaksanakan di Madrasah Miftahul Ulum (MMU) dengan menggunakan kurikulum
pendidikan salaf yang menitikberatkan pada penguasaan materi ilmu-ilmu agama
Islam (diniyah) seperti tata bahasa Arab, fikih, tauhid, akhlak, sejarah,
tafsir, Hadis dan al-Qur’an. Umumnya pedoman materi yang dipakai adalah
kitab-kitab kuning atau karya ulama-ulama dari Abad Pertengahan.
Pendidikan
di MMU ini dibagi menjadi empat tingkat yaitu: Sifir (satu tahun), Ibtidaiyah
(enam tahun), Tsanawiyah (tiga tahun) dan Aliyah (tiga tahun). Di samping itu,
masih ada jenjang pendidikan persiapan khusus untuk santri atau murid baru yang
mendaftar setelah bulan Syawal. Jenjang pendidikan ini diberi nama
Isti’dadiyah. Jenjang ini menggunakan program khusus dan diselesaikan hanya
dalam waktu 1 tahun.
1. Tingkat Sifir dan Ibtidaiyah
Madrasah Miftahul Ulum tingkat Sifir
(nol) dan Ibtidaiyah berdiri Pada tanggal 14 Shafar 1357 H atau 15 April 1938
M. Saat itu, pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri adalah KH Abd. Djalil bin
Fadlil bin Abd. Syakur.
Tingkat pendidikan MMU Ibtidayah secara normal ditempuh dalam waktu empat
tahun (kelas III sampai kelas VI). Meski demikian terdapat program
khusus sistem kelas akselerasi yang ditempuh hanya dalam waktu lima tahun. Kelas
akselerasi ini disebut PK (Program Khusus). Kelas PK diperuntukkan bagi murid yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam menguasai materi pelajaran. Kelas PK dibagi menjadi dua yaitu PK-1 dan
PK-2, sebagai sistem akselerasi dari kelas IV, V, VI.
Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah dilaksanakan pada pagi hari mulai dari
jam 7.30 WIS sampai 12.10 WIS kecuali kelas PK. Untuk kelas akselerasi ini
ditambah dua jam pelajaran lagi.
2. Tingkat
Tsanawiyah
Pendidikan Madrasah tingkat Tsanawiyah merupakan jenjang lanjutan bagi
murid yang telah tamat dari tingkat Ibtidaiyah. Madrasah Tsanawiyah berdiri
pada bulan Dzul Hijjah 1376 H. bertepatan dengan bulan Juli 1957 M.
Jenjang
pendidikan di tingkat Tsanawiyah diselesaikan tiga tahun yaitu kelas I sampai kelas
III, kecuali kelas PK (kelas akselerasi) yang hanya ditempuh dalam waktu dua
tahun. KBM tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pada siang hari mulai jam 12.20 WIS
sampai jam 05.00 WIS kecuali kelas PK. Untuk kelas akselerasi ini ditambah dua
jam pelajaran lagi.
Sebagai upaya pendalaman akidah dan pengembangan kreativitas murid, MMU
tingkat Tsanawiyah memiliki organisasi murid yang fokus untuk kaderisasi
Ahlussunnah wal Jama’ah (Annajah). Kegiatan utama organisasi ini berupa kursus
akidah, fikih kemasyarakatan, dan tasawuf. Selain itu, Annajah juga menerbitkan
majalah dinding untuk memacu kreativitas menulis murid-murid Tsanawiyah.
3. Tingkat
Aliyah
Pendidikan tingkat Aliyah merupakan jenjang lanjutan bagi murid yang telah
tamat dari tingkat Tsanawiyah. Madrasah Miftahul Ulum mulai memiliki tingkat
Aliyah sejak tanggal 3 Muharram 1403 H bertepatan dengan tanggal 21 Oktober
1982 M. Sejak tahun pelajaran 1425/1426
H. MMU tingkat Aliyah menerapkan sistem kejuruan untuk murid-murid yang sudah
berada di semester III sampai VI. Jurusan yang disediakan adalah Tarbiyah,
Dakwah dan Muamalah.
MMU Aliyah memiliki organisasi murid yang bernama OMIM (Organisasi Murid
Intra Madrasah). OMIM didirikan pada tanggal 28 Muharram 1414 H./17 Juli 1993
M. Orientasi kegiatannya adalah pengembangan kreativitas. Untuk tujuan ini,
OMIM memiliki beberapa unit kegiatan (UK), yaitu:
1.UKPI (Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual)
Unit Kegiatan
ini memiliki agenda mengembangkan potensi intelektual murid MMU A liyah. UKPI
aktif mengadakan diskusi-diskusi ilmiah dan seminar.
2.UKM (Unit Kegiatan Mading)
Unit Kegiatan
ini aktivitas utamanya adalah menerbitkan mading OMIM yang bernama Himmah. Unit
ini sering mengikuti ajang lomba mading tingkat propinsi yang diadakan oleh
Deteksi Jawa Pos. Sudah beberapa kali menyabet pengharagaan dari Deteksi.
3.UKPBM (Unit Kegiatan Pengembangan Bakat dan Minat)
Untuk menggali
bakat dan minat murid Aliyah, OMIM juga membuat wadah yang disebut dengan UKPBM
(Unit Kegiatan Pengembangan Bakat dan Minat). UKPBM aktif mengadakan lomba
karya tulis ilmiah, puisi pesantren, cerpen, dan lainnya.
4.UKPM (Unit Kegiatan Penerbitan Majalah)
Unit ini
menerbitkan majalah IJTIHAD. Majalah IJTIHAD sudah terbit semenjak tahun
1415-1426 atau sekitar 13 tahun yang lalu. Terbit tiap semester dengan oplah
5000 eksemplar.
4.Tingkat
Isti’dadiyah
Tingkat Isti’dadiyah ini merupakan
sekolah persiapan bagi santri baru yang diprogram hanya untuk satu tahun
pelajaran. Pada tahun berikutnya, murid-murid madrasah ini sudah harus masuk di
tingkat Ibtidaiyah atau Tsanawiyah sesuai dengan hasil ujian di akhir tahun
pelajarannya. Sistem pembelajaran di tingkat Isti’dadiyah dibagi menjadi dua
semester, dan di setiap akhir semester diselenggarakan ujian kenaikan kelas.
KBM di tingkat Isti’dadiyah sejak tahun pelajaran 1428-1429 ini dilaksanakan di pagi hari. Sebelumnya dilaksanakan di malam hari.
KBM di tingkat Isti’dadiyah sejak tahun pelajaran 1428-1429 ini dilaksanakan di pagi hari. Sebelumnya dilaksanakan di malam hari.
b.Madrasah Miftahul Ulum Ranting
MMU Ranting adalah madrasah afilial dari Madrasah Miftahul Ulum Pondok
Pesantren Sidogiri. MMU Ranting dibuka untuk mengembangkan kualitas
madrasah-madrasah diniyah di berbagai wilayah. Sebab, madrasah-madrasah diniyah
biasaya dikelola dengan manajemen dan sistem yang sederhana. Pondok Pesantren
Sidogiri membuka kesempatan kepada madrasah-madrasah di pedesaan untuk bergabung
dan bersama-sama mengembangkan diri.
MMU Ranting dibuka pertama kali pada tahun 1961, atas gagasan dari KA.
Sa'doellah Nawawie, Madrasah yang pertama kali meranting ke MMU Ibtidaiyah
adalah madrasah yang terletak desa Jeruk. Namun, setelah jumlah madrasah
afilial mencapai 7 pada tahun 1982, maka pengurus berisiniatif untuk membuat
penomoran. Dan, nomor urut pertama (MMU 01) adalah madarasah yang terletak di
desa Lebaksari.
Saat ini, jumlah madrasah yang menjadi Ranting MMU sebanyak 126 madrasah
dan dibagi dalam 2 klasifikasi: Tipe A dan Tipe B. Madrasah ranting tipe A
adalah madrasah ranting yang berada di Kabupaten Pasuruan. Jumlahnya sebanyak
69 madrasah tingkat Ibtidaiyah dan 15 madrasah tingkat Tsanawiyah. Sedangkan
tipe B adalah madrasah ranting yang berada di luar Pasuruan. Jumlahnya sebanyak
31 madrasah tingkat Ibtidaiyah dan 11 tingkat Tsanawiyah.
Setelah 14 tahun berdiri, pada tahun 85, atas ide dari Ketua I PPS saat itu
(H. Mahmud Ali Zain), MMU induk mengadakan Musabaqah (perlombaan) Antar
Madrasah Ranting (MUAMMAR) dilaksanakan setelah Imda I dan Imda II. Selain
untuk menambah erat jalinan ukhuwah antar (murid) madrasah ranting, lomba ini
juga ditujukan untuk menggugah semangat belajar murid.
Syarat Menjadi
Madrasah Ranting :
1.Mengajukan
permohonan;
2.Sudah
mempunyai pengurus dan pengajar;
3.Sudah
mempunyai pendidikan formal (punya gedung, kelas dll.);
4.Mata pelajaran
sama dengan madrasah induk secara keseluruhan;
5.Tingkatan
kelas minimal sampai kelas 4;
6.Jumlah murid
keseluruhan minimal 50;
7.Bersedia mengganti nama madrasah asal dengan MMU;Dalam satu desa tidak
terdapat dua madarasah ranting, kecuali satu kepengurusan atau mendapatkan
rekomendasi dari ranting yang lama.
C. BADAN TARBIYAH WA AT-TAKLIM MADRASY
(BATARTAMA)
Batartama merupakan mitra dari Madrasah Miftahul Ulum dalam menjalankan dan
mengembangkan proses pendidikan madrasiyah (klalisikal) di Pondok Pesantren
Sidoagiri. Batartama juga berperan sebagai pembantu ahli dari Ketua I Pondok
Pesantren Sidogiri dalam menjalankan pendidikan madrasiyah ini.
Tugas Batartama di antaranya adalah menangani Kurikulum Madrasah. Batartama
bertugas menganalisa kesesuaian dan keefektifan materi-materi pelajaran yang
dipakai di madrasah. Pada tahun ini, Batartama telah melakukan revisi untuk materi
mata pelajaran kaidah fikih di Tsanawiyah, dan materi Amtsilat-Tashrifiyah,
materi mata pelajaran sharaf di kelas 3 dan 4 Ibtidaiyah. Mengenai kurikulum
ini, Batartama juga telah menyusun sendiri kitab tarikh (sejarah) Khulafaur
Rasyidin. Hal ini dilakukan karena kitab/buku sejarah Khulafaur Rasyidin yang
beredar di Indonesia umumnya mengandung hal-hal yang tidak sesuai dengan
keyakinan Ahlussunnah wal Jamaah.
Batartama juga telah menyusunan silabi pendidikan diniyah. Dengan adanya
silabi, diharapkan target KBM bisa tercapai dengan baik. Untuk tujuan ini,
Batartama telah membentuk tim dan mendatangkan tim dari Depag dan Diknas Jawa
Timur untuk memberikan pengarahan tentang silabi kepada tim.
Pola silabi yang diterapkan untuk Madrasah Miftahul Ulum tentu saja berbeda
dengan pola silabi yang dibuat oleh Diknas. Sebab, di MMU materi-materi
pelajarannya sudah ditentukan lebih dahulu. Pembuatan silabi ini dimaksudkan
untuk menentukan arah dan target yang mesti dikuasai oleh murid dalam
satuan-satuan pembahasan yang ada di dalam kitab. Pedoman arah dan target ini
akan digunakan sebagai pedoman utama dalam pembuatan soal dalam penyelenggaraan
evaluasi belajar murid.
Selain tugas pengembangan kurikulum, Batartama juga memiliki tugas-tugas
lain, yaitu:
1.Binwasma (Pembinaan
dan Pengawasan Madrasah)
2.Binwasadma
(Pembinaan dan Pengawasan Administrasi Madrasah)
3.Binwaslab
(Pembinaan dan Pengawasan Labsoma)
4.BP (Bimbingan
dan Penyuluhan)
5.Kapinsihma
(Perlengkapan, Inventarisasi dan Kebersihan Madrasah).
a.Laboratorium Soal Madrasah (Labsoma)
Laboratorium Soal Madrasah (Labsoma) adalah badan yang bertugas membuat,
mengoreksi, dan mendokumentasi seluruh kebutuhan soal ujian di setiap tingkat
di Madrasah Miftahul Ulum, baik Induk maupun Ranting. Jenis soal yang dibuat
Labsoma variatif, sesuai dengan masing-masing tingkat pendidikan di madrasah.
Untuk tingkat Ibtidaiyah dan Isti’dadiyah, jenis soal yang dibuat Labsoma lebih
fokus pada aspek hafalan. Sedangkan tingkat Tsanawiyah, di samping hafalan,
jenis soal yang dibuat sudah mengarah pada pemahaman. Khusus untuk tingkat
Aliyah, jenis soal yang dikeluarkan meliputi hafalan, pemahaman, dan penalaran.
Untuk peningkatan kualitas soal dan pembenahan manajemen, Labsoma mengubah
sistem pembuatan soal. Tidak seperti tahun sebelumnya, dalam pembuatan soal
kali ini pimpinan Labsoma mengkelompokkan anggotanya menjadi beberapa tim. Satu
tim bertanggung jawab untuk membuat soal untuk satu tingkat pendidikan.
Misalnya tim yang ditunjuk untuk membuat soal untuk tingkat Ibtidaiyah tidak
diperkenankan untuk membuat soal untuk tingkat Aliyah. Tim ini diketuai oleh
masing-masing perwakilan pimpinan madrasah yang juga merangkap menjadi anggota
Labsoma. Sistem ini dipakai agar soal yang diterbitkan sesuai dengan kemampuan
dan pola pikir murid di masing-masing tingkatan.
Namun demikian, setiap soal yang diterbitkan Labsoma tidak serta merta
langsung dijadikan bahan ujian di madrasah. Soal-soal tersebut masih melalui
beberapa koreksi dan seleksi. Untuk soal imtihan daury (Imda atau ujian semester
dan triwulan), tahap pembuatan soal adalah seperti berikut:
1.Dibuat oleh
anggota tim.
2.Diseleksi dan
dikoreksi oleh ketua tim yang sekaligus menjadi perwakilan madrasah.
3.Diseleksi dan
dikoreksi oleh Kepala Madrasah masing-masing tingkat.
4.Diserahkan
kembali ke Labsoma untuk diketik, lalu dicetak menjadi bahan ujian.
Sedangkan soal untuk Imtihan Nihai (Imni atau ujian akhir), tahap pembuatan
soal adalah seperti berikut:
1.Dibuat oleh
anggota tim.
2.Diseleksi dan
dikoreksi oleh ketua tim.
3.Diseleksi dan
dikoreksi oleh Kepala dan Wakil Kepala Labsoma.
4.Diseleksi dan
dikoreksi oleh kepala Madrasah masing-masing tingkatan.
5.Diseleksi dan
dikoreksi oleh Batartama.
6.Proses seleksi
semacam ini diterapkan agar soal yang dikeluarkan sesuai dengan ukuran
kemampuan murid.
D.KOORDINASI KETUA II PONDOK PESANTREN SIDOGIRI
a. Bagian Ketertiban Dan Keamanan (Tibkam)
Visi Pondok Pesantren Sidogiri adalah mewujudkan santri yang menjadi
ibâdillâh ash-shâlihîn (orang-orang saleh). Tujuan ideal ini tidak mungkin
terwujud tanpa adanya perangkat aturan dan tata tertib. Peraturan dan tata
tertib tidak akan efektif tanpa adanya pengawasan.
Bagian Tibkam (Ketertiban dan Keamanan) merupakan salah satu perangkat
penting di Pondok Pesantren Sidogiri untuk membawa santri mematuhi peraturan.
Tibkam bertugas mengawasi dan memberikan sanksi jika terjadi pelanggaran
terhadap peraturan dan tata tertib. Dengan fungsi ini diharapkan sikap disiplin
dan taat aturan tertanam dengan baik dalam jiwa para santri.
Tibkam dikepalai oleh seorang Kepala Bagian (Kabag), 11 Pembatu Khusus (5
Bansus Tibkam Dalam dan 6 Bansus Tibkam Luar), dan ditambah seorang Kepala
Petugas Balai Tamu. Selain itu, Bag. Tibkam memiliki garis hubungan fungsional
dengan personel Tibkam yang dimiliki oleh masing-masing asrama (daerah).
Selain bertugas melakukan penertiban di dalam, Tibkam juga bertugas menjaga
keamaan Pesantren. Untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan di
malam hari, bagian Tibkam mengadakan ronda keliling. Setiap malam, sedikitnya
ada 68 orang santri yang melakukan piket ronda keliling, sejak pukul 12.00
(malam) sampai jam 4.00 wis.
Selain bertugas menangani ketertiban dan keamanan, Bag. Tibkam juga
bertugas memfasilitasi para wali santri (tamu) yang berkujung ke Pondok
Pesantren Sidogiri untuk menjenguk (mengirim) putranya. PPS menyediakan satu
gedung Balai Tamu yang penanganannya diserahkan kepada Bag. Tibkam. Selain,
ruang pertemuan, gedung Balai Tamu juga dilengkapi dengan ruang istirahat,
kamar mandi dan WC, serta musolla.
Dalam hari-hari normal jumlah tamu yang berkunjung hanya berkisar 20 sampai
80 keluarga. Sedang pada hari Jumat bisa mencapai 90 sampai 120 keluarga.
Puncaknya terjadi pada hari raya Idul Adha; wali santri yang menjenguk
(mengirim) putranya bisa mencapai 500 sampai 650 keluarga.
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Pukul 07.00 – 11.30 Wis
(Jumat 07.00 – 11.00 Wis)
|
Pukul 01.30 – 05.00 Wis
|
Pukul 07.30 – 08.30 Wis
10.00 – 11.00 Wis
|
Jam Buka
Pelayanan Pemanggilan Santri
b. Perpustakaan sidogiri
Pada awal berdirinya tahun 1973, sebenarnya Perpustakaan Sidogiri merupakan
inisiatif perorangan. Perpustakaan Sidogiri mulai berkembang pesat sejak
KH Cholil Nawawie mewakafkan seluruh kitabnya. Kitab-kitab itu sampai sekarang
masih tersimpan rapi di perpustakaan, mekipun fisiknya sudah banyak yang lapuk
dimakan usia.
Sebagai tindak lanjut dari keinginan
Pengurus menjadikan Perpustakaan Sidogiri sebagai perpustakaan pesantren
terlengkap, pada tahun ini Pengurus memberikan suntikan anggaran dana sebesar
Rp. 92,825,000. Dari jumlah tersebut, sebesar 45,800,000 untuk menambah
koleksi, selebihnya untuk pemeliharaan, pelaksanaan kegiatan, pengembangan SDM,
perlengkapan ATK, dll.
Jumlah koleksi kitab/buku Perpustakaan
Sidogiri adalah sebanyak 8,753 judul (15,699 eksemplar) dan itu bisa meningkat
setiap tahunnya. Layaknya
perpustakaan pesantren, koleksi terbanyak adalah kategori agama dengan kode 200
(selengkapnya lihat grafik). Selain koleksi buku/kitab, Perpustakaan Sidogiri
juga melengkapi koleksinya dengan koleksi serial berkala, audio-visual, dan
software kitab/ensiklopendia.
Melalui program pengadaan koleksi audio-visual ini, Perpustakaan merekam
pengajian yang diaji oleh Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, yaitu kitab Ihyâ’
‘Ulûmid-dîn, Shahîh al-Bukhâri, dan Fathul-Wahhâb.
Selain berkonsentrasi dengan koleksi kepustakaan, dalam upaya lebih
meningkatkan SDM dan penyajian informasi kepustakaan bagi santri, Pepustakaan
Sidogiri menerbitkan majalah dinding (mading) “Maktabati”. Mading memuat
berita-berita dunia Islam yang disadur dari internet, berita Pesantren, seputar
perpustakaan, dan dunia buku. Perpustakaan Sidogiri juga menerbitkan lagi
Majalah “Maktabatuna”. Orientasi isi dari majalah ini adalah informasi
kepustakaan serta kajian-kajian dan konsultasi seputar kitab, buku dan
mushannif/pengarang.
Perpustakaan Sidogiri merupakan sarana yang sangat penting bagi santri
untuk mengembangkan diri dan mendalami ilmu pengetahuan agama. Perpustakaan
memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan budaya baca di
tengah-tengah santri. Setiap hari, santri yang berkunjung ke Perpustakaan
Sidogiri, rata-rata 500-600 orang. Di sinilah mereka melengkapi ilmu
pengetahuan agama yang mereka dapatkan dari mengaji, madrasah atau
kegiatan-kegiatan ilmiah yang lain.
c. Daerah (Asrama Pemukiman Santri)
Salah satu ciri pesantren yang jarang dimiliki oleh lembaga-lembaga
pendidikan lain adalah adanya asrama pemukiman santri. Adanya asrama ini
membuat santri betul-betul fokus di seluruh waktunya untuk belajar dan menempa
diri. Di Pondok Pesantren Sidogiri, tempat asrama santri diistilahkan “Daerah”.
Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah (Kepda), dibantu 6 Pembatu
Urusan Daerah (Baurda), dan seorang Kepala Kamar (Kepma) untuk setiap kamar.
Dengan
menempatkan santri di daerah-daerah, diharapkan perilaku keseharian santri
dapat terkontrol dengan baik, karena lingkungan merupakan faktor yang sangat
dominan dalam pendidikan dan dalam membentuk sebuah karakter. Sehingga,
pendidikan yang diajarkan di kelas atau surau tercapai dengan optimal. Selain
itu, daerah juga merupakan tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam
kehidupan nyata.
1. Daerah Khusus
Di Pondok
Pesantren Sidogiri, ada beberapa daerah yang memiliki fungsi khusus, yaitu:
1) Daerah A
(bagian atas) merupakan asrama khusus Tahfizhul-Qur’an;
2) Daerah H, K,
dan L merupakan asrama khusus bahasa Arab dan Inggris;
3) Daerah J
merupakan asrama khusus santri-santri kelas tiga Ibtidaiyah ke bawah
4) Daerah Z
merupakan asrama khusus petugas Kopontren (Koperasi pondok pesantren).
2. Peran Kepala Kamar
Di Pondok Pesantren Sidogiri, Kepala Kamar berperan sebagai orang tua asuh,
karena Kepala Kamar-lah yang langsung berinteraksi dengan santri/warga. Ada 267
kamar di Pondok Pesantren Sidogiri, dengan jumlah warga yang tidak sama. Setiap bulan Kepala Kamar melaporkan
perkembangan santri yang berada di kamarnya kepada Kepala Daerah dan Ketua II
(Pengurus Harian yang menangani kedaerahan). Rapat ini juga menjadi ajang
konsultasi dan pemecahan masalah yang terjadi di kamar-kamar.
E. KOORDINASI KETUA III PONDOK PESANTREN SIDOGIRI
a. Bagian Ubudiyah
Di samping pendalaman terhadap ilmu agama, prioritas utama Pondok Pesantren
Sidogiri, adalah aspek ibadah dan akhlak. Ubudiyah adalah instansi yang
bertugas menangani aspek ibadah santri.
Di setiap awal tahun ajaran, Ubudiyah mengadakan praktek salat secara
massal kepada santri, baik yang lama maupun yang baru. Bahkan praktek salat
yang disediakan bukan hanya untuk santri, tapi Ubudiyah juga menyediakan tenaga
Pembina bagi masyarakat yang membutuhkan. Di antara program Ubudiyah yang
mengarah pada peningkatan kualitas ibadah santri adalah Diklat (Pendidikan
Salat). Diklat yang ditangani Ubudiyah dibagi menjadi tiga tingkat:
1.Tingkat Sufla
A. Peserta Diklat untuk tingkat ini adalah santri kelas 3 Ibtidaiyah/Isti'dadiyah.
Di tingkat ini mereka diarahkan untuk bisa mempraktekkan wudu dan salat wajib
dengan baik dan benar.
2.Tingkat Sufla
B. Tingkat ini untuk santri kelas 4, 5 Ibtidaiyah dan kelas 4, 5, 6 dan 7
Isti'dadiyah. Target yang ditetapkan adalah mereka bisa mempraktekkan wudu dan
tayamum yang sempurna serta salat wajib dan macam-macam salat sunah dengan baik
dan benar. Pada tingkat ini materinya ditambah dengan puasa wajib dan puasa
sunah.
3.Tingkat
Wustha. Peserta pada tingkat ini adalah santri yang telah lulus Tingkat Sufla
B. Di tingkat ini pesertanya dituntut bisa mempraktikkan: (a) wudu mukammal bi
al-tayammum (wudu yang harus digandeng dengan tayammum karena adanya luka di
bagian-bagian wudu); (b) segala hal yang terkait dengan tata cara salat berjamaah,
baik sebagai imam atau makmum; (c) salat ma’dzur (salatnya orang sakit, musafir
dan semacamnya); (d) shalat jum’at. Materi di tingkat ini ditambah dengan cara
merawat mayit, zakat, akikah dan kurban.
Selain Diklat, Ubudiyah juga menyelenggarakan beberapa kursus. Antara lain
: (a) Kursus cara mencari arah kiblat kepada santri senior; (b) Kursus
pembacaan salawat mulai dari Maulid al-Barzanji, al-Habsyi (Simthud-Durar),
ad-Diba’i, dan Syaraful-Anam; (c) Kursus tajhizul-mayyit (hal-hal yang harus
dilakukan untuk jenazah). Dalam kursus tajhizul-mayyit kali ini Ubudiyah
mengundang peserta dari 58 masjid di sekitar Sidogiri. Masing-masing masjid
mengutus dua orang peserta.
Saat ini Ubudiyah juga tengah membuat VCD tajhizul-mayyit, agar santri dan
masyarakat lebih mudah mendapatkan sarana belajar tajhizul-mayyit yang sesuai
dengan kitab-kitab fikih. Selain upaya peningkatan ibadah di internal
pesantren, Ubudiyah juga mempunyai program penyuluhan ibadah untuk masyarakat
melalui penerbitan buletin ibadah, bernama Buletin Tauiyah yang terbit sejak
bulan Rabiuts Tsani 1427. Buletin ini didistribusikan secara gratis kepada para
jamaah 67 masjid di wilayah Pasuruan dan 4 masjid di Probolinggo, Bondowoso,
dan Bangkalan.
1.Taklim Wa Tahfidz Al-Qur’an
TTQ (Taklim wa Tahfidz al-Qur’an) adalah instansi di Pondok Pesantren
Sidogiri yang khusus menangani kegiatan-kegiatan ma'hadiyah yang berhubungan
dengan pengajian dan hafalan al-Qur’an. Lembaga ini terbentuk sejak tahun ini
(1428-1429). Pada tahun-tahun sebelumnya, pengajian al-Qur’an berada dibawah
naungan Taklimyah. Sedangkan Tahfidz al-Qur’an, adalah instansi yang berdiri
sendiri. Karena kesamaan arah dan tujuan, keduanya digabung menjadi satu
instansi.
2. Pengajian Al-Quran
Pengajian al-Qur’an yang ditangani oleh TTQ diklasifikasi menjadi dua,
Sufla (tingkat pemula bagi Santri kelas 5 Ibtidaiyah ke bawah) dan Wustha (bagi
Santri kelas 5 Ibtidaiyah ke atas yang sudah lulus ujian al-Qur’an tingkat
sufla). Pada tahun ini, untuk meningkatkan kualitas pengajian al-Qur’an bagi
santri yang telah lulus dari tingkat Wustha, TTQ membentuk tingkat Ulya.
Capaian yang diharapkan di tingkat Ulya ini adalah penguasaan dalam bidang
Qiraat as-Sab'ah.
Di samping mengadakan terobosan yang diharapkan mampu menambah kemampuan di
bidang al-Quran, TTQ juga mengupayakan adanya sebuah metode belajar al-Qur’an
bagi para pemula sebagaimana halnya metode-metode yang berkembang selama ini.
Metode yang dibuat oleh TTQ ini diberi nama metode Qur’ani Metode Qur'ani sudah
mulai disosialisasikan di beberapa kecamatan di Pasuruan, Bangkalan, Pamekasan,
dan Probolinggo.
3. Tahfidz
Al-Quran
Pada awalnya, tahfidz al-Qur’an hanya diikuti oleh 4 orang yang ditangani
oleh Ust Mustain Sukandar. Almarhum KH. Nawawi Thoyyib (sewaktu menjabat Ketua
Umum) adalah yang berinisiatif mengadakan kegiatan Tahfidz al-Qur’an pada tahun
1998 M. Sejak resmi menjadi sebuah lembaga sendiri pada 10 Dzul Hijjah 1421 dan
ditempatkan di asrama khusus, jumlah peserta Tahfidz al-Qur’an semakin
bertambah. Dan sejak saat itu pula penanganannya diserahkan kepada Gus Abd
Mu’thi Tsani Hasona, menantu Almaghfurlah KH Abd Alim. Kegiatan rutin Tahfidz
al-Quran saat ini antara lain: setor hafalan baru, takrar ke Pembina/Badal,
khatmil-Qur’an bil-ghaib, khatmil-Quran massal, takrar silang (berpasangan),
dan murattal ke Pembina.
Di samping kegiatan di atas, pada tahun ini Tahfidz al-Qur’an juga
memfokuskan kegiatan peningkatan kualitas hafalan anggota berupa tes hafalan
berkala (tes 5 juz sebagai persyaratan kelayakan untuk naik atau setor pada juz
berikutnya). Sebab, yang diprioritaskan dalam menghafal al-Qur’an adalah
peningkatan kualitas hafalan, bukan sekedar kuantitasnya.
Pada tahun ini jumlah peserta Tahfidz al-Qur’an sebanyak 98 orang. 13
diantaranya akan diwisuda pada malam puncak Hari Jadi PPS ke-271 dan Ikhtibar
MMU ke-72. Sebelumnya, Tahfidz al-Qur’an sudah mewisuda 7 orang (tahun 1423),
15 orang (tahun 1425), dan 6 orang (1427).
4.Kuliyah
Syariah
Kuliyah Syariah
adalah salah satu lembaga di Pondok Pesantren Sidogiri yang berorientasi
melakukan pengembangan dan pendalaman ilmu keagamaan. Anggota Kuliyah Syariah
terdiri dari santri senior dari kalangan guru dan santri yang telah
menyelesaikan tugas. Tugas utama dari lembaga ini adalah mengkoordinir santri
yang mengaji kepada Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri. Selain itu, Kuliyah
Syariah menjadi penggerak pendalaman ilmu keagamaan oleh santri senior. Hal itu
dilakukan dengan membentuk forum-forum ilmiah.
5. Pendalaman
Fikih
Salah satu lembaga yang diproyeksikan untuk mendalami fikih adalah Lembaga
Muraja'ah Fiqhiyah (LMF). LMF merupakan lembaga konsultasi hukum Islam yang
bertugas menjawab setiap pertanyaan yang masuk, baik dari kalangan santri
maupun masyarakat luas. Setiap jawaban yang dirumuskan oleh LMF diterbitkan
dalam bentuk buku untuk didistribusikan kepada santri dan masyarakat yang
membutuhkan. Di samping tugas di atas, LMF juga bertugas mengutus dan
mempersiapkan para anggotanya untuk menghadiri Bahtsul Masail yang dilaksanakan
oleh pesantren, organisasi keislaman, dan semacamnya.
Selain LMF, pendalaman fikih juga dilakukan dengan mengadakan musyawarah
(diskusi) yang diikuti oleh santri senior setiap malam selain malam Jumat.
Selain itu, Kuliyah Syariah rutin menyelenggarakan Bahtsul Masail setiap
semester. Bahtsul Masail pada semester pertama diikuti oleh utusan pesantren
se-Jawa dan Madura. Sedangkan Bahtsul Masail semester kedua diikuti oleh utusan
alumni Pondok Pesantren Sidogiri dari masing-masing Pengurus Konsulat Ikatan
Alumni Santri Sidogiri.
Kuliyah Syariah juga membentuk Laboratorium Fikih. Laboratorium yang
menyediakan sarana riset dan eksperimen fikih. Selain laboratorium, pendalam
fikih juga diupayakan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan seperti manasik
haji, ilmu faraidh.
6. Pendalaman
Ilmu Agama Selain Fikih
Selain program pendalaman fikih, Kuliyah Syariah juga memberi perhatian
terhadap disiplin limu agama yang lain. Salah satunya adalah membentuk Forum
Kajian Ahadits (eFKA). Setiap malam, selain malam Jum'at dan Selasa, anggota
forum ini intens mengadakan pertemuan di Perpustakaan Sidogiri untuk berdiskusi
seputar disiplin Hadis. Hasil dari diskusi yang mereka lakukan diterbitkan di
buletin milik Kuliyah Syariah, yaitu Istinbat.
Kajian tentang tafsir juga menjadi perhatian Kuliyah Syariah melalui Forum
Kajian Tafsir (eFKIT). Sama seperti eFKA, anggota eFKIT juga intens melakukan
diskusi di Perpustakaan seputar tafsir. Hasil diskusi yang mereka lakukan juga
diterbitkan di Buletin Istinbat. Selain diterbitkan di Istinbat, hasil diskusi
mereka pada tahun ini juga akan diterbitkan dalam bentuk buku.
Di samping eFKA dan eFKIT, Kuliyah Syariah juga memiliki satu lembaga lagi,
yaitu Lembaga Penelitian dan Studi Islam (LPSI). Penerbitan Buletin Istinbat
dan Mading Tafaqquh merupakan salah satu tugas lembaga ini. Selain mempulikasikan
hasil kajiannya dalam buletin dan majalah dinding, LPSI juga bertugas membuat
buku-buku keislaman, mengadakan diskusi, seminar dan forum-forum ilmiah yang
lain.
b. Bagian Taklimiyah
Penguasaan kitab kuning sebagai upaya pendalaman ilmu agama (tafaqquh
fid-dîn) menjadi perhatian utama di pesantren manapun. Di Pondok Pesantren
Sidogiri, terdapat instansi khusus yang menanganinya, yaitu Taklimiyah.
Instansi ini bertugas mengkader santri untuk memahami dan mengkaji kitab kuning
sejak dini, sejak di tingkat Tsanawiyah dan Ibtidaiyah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Taklimiyah menempuh tiga langkah. Yaitu, menfasilitasi santri untuk
menguasai nahwu dan sharaf (gramatika Arab), mengadakan pengajian kitab kuning,
dan membentuk forum kajian fikih.
1. Penguasaan
Nahwu -Sharaf
Sejak tahun 1424-1425 H, untuk membantu santri agar mudah menguasai ilmu
alat, khususnya bagi para pemula, Taklimiyah mengadakan kursus baca kitab cepat
ala Amtsilati. Yaitu metode baca kitab yang disusun oleh KH Taufiqul Hakim
(Jepara Jawa Tengah). Kursus ini dibuka untuk umum. Di samping itu, Taklimiyah
juga menganjurkan santri yang masih duduk di tingkat Ibtidaiyah untuk mengaji
kitab-kitab nahwu-sharaf dalam pengajian-pengajian kitab yang
diselenggarakannya.
2. Pengajian
Kitab Kuning
Pengajian kitab yang diadakan oleh Taklimiyah memakai dua sistem,
bandongan/wethonan (guru membaca sedangkan murid menulis atau mendengarkan) dan
sorogan (murid membaca dan guru mendengarkan dan mendengarkan). Pengajian ini
dilaksanakan pada malam hari di ruang-ruang madrasah dan jerambah-jerambah
daerah (asrama). Tahun ini terdapat 57 judul kitab yang dibaca.
3. Forum Kajian
Fikih
Untuk membiasakan santri mengkaji fikih sejak dini, maka pada bulan Dzul
Hijjah 1428 Taklimiyah membentuk tim yang fokus mengkaji
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan fikih. Tim ini bernama Kafah
(Kaderaisasi Fuqaha Tsanawiyah). Anggota tim ini terdiri dari santri yang duduk
di kelas 1-3 Tsanawiyah. Kafah memiliki anggota sebanyak 48 orang. Dalam tiap
pekan mereka melakukan 3 kali diskusi tentang tema-tema fikih di Perpustakaan
Pondok Pesantren Sidogiri.
Selain forum kajian fikih di pesantren, Taklimiyah juga merintis
terbentuknya forum bahtsul masail tingkat yunior antar pesantren se Kabupaten
Pasuruan. Forum ini terbentuk pada 17 Jumadal Ula 1429 dengan nama Forum
Musyawarah Tingkat Tsanawiyah (FMTT). Sebanyak 35 pesantren dan madrasah
ranting diundang untuk bergabung dalam forum ini.
F. KOORDINASI KETUA IV PONDOK PESANTREN
SIDOGIRI
a. Balai Pengobatan Sidogiri (Bps)
Balai Pengobatan Sidogiri (BPS)
adalah mitra dari Bagian Kebersihan dan Kesehatan yang bertugas untuk mengobati
santri yang terjangkit penyakit. Fungsi BPS ini tak ubahnya rumah sakit
sebagaimana lazimnya. Santri yang sakit mendapat perawatan gratis di BPS, baik
layanan perawatannya maupun obat-obatan yang dibutuhkan. Selain melayani
pengobatan santri, BPS juga melayani pengobatan kepada masyarakat umum di
sekitar desa Sidogiri.
Layanan pengobatan untuk santri dibuka setiap hari sesuai jadwal yang telah
ditentukan, yaitu: pagi hari mulai pukul 09:30 WIB-11:30 WIB; sore pukul 16:00
WIB-17:00 WIB; dan malam hari pukul 20:30 WIB-21:30 WIB. Sedangkan untuk
layanan kepada masyarakat di buka 24 jam. Terdapat 5 jenis layanan yang di
dibuka oleh BPS untuk melayani para pasiennya, yaitu: Poli Umum, Poli THT
(Telinga, Hidung, dan Tenggorokan), Poli Gigi, dan Poli Mata, dan Unit Gawat
Darurat (UGD).
Untuk mendukung layanan tersebut, saat ini BPS memiliki 4 dokter Spesialis
(THT, Mata, Paru-paru, dan gigi), 5 dokter umum, dan 13 tenaga medis serta
menyediakan fasilitas rawat inap sebanyak 27 unit. Pada tahun ini juga BPS
meningkatkan kualitas dan jenis obat yang dimiliki untuk memberikan pelayanan
yang memuaskan kepada pasiennya. Bila pasien yang ditangani BPS dianggap
memerlukan perawatan yang lebih intensif, maka BPS merujuknya ke rumah sakit di
Pasuruan atau Bangil.
Dalam menangani pengobatan santri, BPS mengklasifikasi penyakit menjadi
dua, menular dan tidak menular. Untuk penyakit yang rentan menular, BPS membagi
menjadi dua lagi: yaitu ganas dan biasa. Termasuk kategori ganas seperti liver,
kusta, demam berdarah, dan gangguan paru-paru. Bagi santri yang menderita
penyakit ini pihak BPS biasanya merekomendasikan untuk berobat di rumah,
kecuali gangguan paru-paru., BPS menyediakan perawatan secara intensif selama
enam bulan.
Sedangkan untuk penyakit menular yang biasa, seperti cacar dan gatal-gatal,
perawatannya cukup ditangani oleh pihak BPS sendiri. Salah satu upaya yang
dilakukan BPS untuk mendeteksi penyakit menular adalah dengan memeriksa
kesehatan santri baru.
1. Bagian
Pengadaan, Perbaikan dan Perawatan Sarana (P3S)
Agar Sarana Pesantren Kondusif untuk Pendidikan. Bagian P3S (Pengadaan,
Perbaikan dan Perawatan Sarana) adalah salah satu unsur kepengurusan di Pondok
Pesantren Sidogiri yang berada di bawah koordinasi Ketua IV. Bagian ini, sesuai
dengan namanya, bertugas manambah, merawat, dan memperbaiki sarana dan
prasarana pesantren, agar sarana dan prasarana pendidikan betul-betul kondusif
untuk belajar.
Ada dua mekanisme yang dilakukan oleh Bagian P3S dalam menambah atau
memperbaiki sarana dan prasarana di pesantren. Pertama, usulan dari
masing-masing asrama (daerah) melalui kepala daerah. Kedua, berdasarkan
penilaian dari jajaran pengurus Bagian P3S melalui berbagai pertimbangan.
Dengan mekanisme ini, permintaan penambahan sarana atau perbaikan yang
masuk ke bagian P3S sangat banyak. Dari sekian banyak usulan, selanjutnya
disaring dengan meninjau tingkat kebutuhan, kelayakan dan ketersediaan anggaran.
Melalui penyaringan ini Bagian P3S mengklasifikasi program penambahan atau
perbaikan menjadi program jangka pendek, jangka menengah, dan atau jangka
panjang.
2. Bagian Kebersihan Dan Kesehatan (Sihhat)
Di dunia kesehatan, melakukan langkah antisipatif dengan mencegah lebih
baik daripada mengobati. Tugas untuk mencegah ini ditangani oleh Bagian Sihhat.
Sedangkan tugas mengobat penyakit ditangani oleh BPS (Balai Pengobatan
Sidogiri). Bagian Sihhat bertugas untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada santri tentang tata cara hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang
bersih. Beberapa langkah dilakukan oleh bagian ini untuk menciptakan hidup
bersih dan sehat.
Memberikan penyuluhan kepada para santri adalah salah satu metode yang
diterapkan. Penyuluhan ini dilakukan secara rutin dan terjadwal. Dalam setahun
beberapa penyuluhan telah dilakukan. Antara lain, penyuluhan tentang penyakit
TBC, Muntaber, pemberantasan kutu Scabies (gatal-gatal), dan penyuluhan
beberapa penyakit yang seringkali menimpa santri secara temporer.
Di samping penyuluhan, bagian Sihhat PPS juga menganjurkan kepada santri
untuk biasa berolahraga. Salah satu olahraga yang diprakarsai Bagian Sihhat
adalah senam dengan memanfaatkan tenaga medis di Balai Pengobatan Sidogiri
sebagai instruktur. Senam ini dilaksanakan secara rutin setiap satu pekan
sekali di Lapangan Olahraga Sidogiri, yaitu pada hari Jum'at pukul 05:30
WIB-06:30 WIB.
Untuk kebersihan lingkungan, di samping menyiapkan sarana dan prasarana
kebersihan, Bagian Sihhat bersama tim, juga menilai kebersihan lingkungan di 13
daerah (asrama). Hasil penilaian tim tersebut disampaikan kepada masing-masing
kepala daerah setiap laporan bulanan, oleh Ketua IV Pondok Pesantren Sidogiri,
yang menjadi koordinator Bagian Sihhat. Dengan langkah ini, Bagian Sihhat
berharapa agar masing-masing asrama berlomba-lomba meningkatkan kebersihan dan
kesehatan di wilayahnya.
3. Bagian
Pengadaan, Perbaikan dan Perawatan Sarana (P3S)
Bagian P3S (Pengadaan, Perbaikan dan Perawatan Sarana) adalah salah satu unsur
kepengurusan di Pondok Pesantren Sidogiri yang berada di bawah koordinasi Ketua
IV. Bagian ini, sesuai dengan namanya, bertugas manambah, merawat, dan
memperbaiki sarana dan prasarana pesantren, agar sarana dan prasarana
pendidikan betul-betul kondusif untuk belajar.
Ada dua mekanisme yang dilakukan oleh Bagian P3S dalam menambah atau
memperbaiki sarana dan prasarana di pesantren. Pertama, usulan dari
masing-masing asrama (daerah) melalui kepala daerah. Kedua, berdasarkan
penilaian dari jajaran pengurus Bagian P3S melalui berbagai pertimbangan.
Dengan mekanisme ini, permintaan penambahan sarana atau perbaikan yang
masuk ke bagian P3S sangat banyak. Dari sekian banyak usulan, selanjutnya
disaring dengan meninjau tingkat kebutuhan, kelayakan dan ketersediaan
anggaran. Melalui penyaringan ini Bagian P3S mengklasifikasi program penambahan
atau perbaikan menjadi program jangka pendek, jangka menengah, dan atau jangka
panjang.
G. KOORDINASI WAKIL KETUA UMUM PONDOK
PESANTREN SIDOGIRI
a.Urusan Guru Tugas Dan Dai
Pengiriman tenaga pengajar atau lazim disebut Guru Tugas (GT) ke berbagai
daerah digagas oleh KA Sa'doellah Nawawie sejak tahun 1961 M. Dari tahun ke
tahun permintaan Guru Tugas dari Pondok Pesantren Sidogiri terus mengalami
peningkatan. Setiap tahun tidak kurang dari 600 santri diberangkatkan sebagai
tenaga pengajar ke berbagai daerah.
Tujuan penugasan ini menurut KH Siradj Nawawie untuk mencapai tiga
maslahat: Maslahat kepada GT itu sendiri, karena dapat mengasah ilmu yang telah
dipelajari di Pesantren; Maslahat kepada madrasah penerima GT, karena
mendapatkan tenaga bantuan pengajar; Maslahat kepada Pondok Pesantren Sidogiri,
karena dengan penugasan ini, salah satu tujuan pesantren didirikan untuk
nasyril-’ilmi (menyebarkan ilmu agama) dapat tercapai dengan mudah, sampai
kelapisan masyarakat paling bawah sekalipun, yang berdomisili jauh dari
lingkungan pesantren.
Setelah pengiriman Guru Tugas (GT) mendapat sambutan yang positif, sejak
tahun ajaran 1426-1427 H, Pondok Pesantren Sidogiri juga mulai fokus dengan
pengiriman tenaga dai ke daerah-daerah minus sebagai bentuk khidmah Pondok
Pesantren Sidogiri kepada masyarakat luas untuk kepentingan dakwah Islamiyah.
Berbeda dengan GT, yang masa tugasnya hanya satu tahun, penempatan dai
disesuaikan dengan permintaan dari pemohon yang diistilahkan dengan Penanggung
Jawab Guru Tugas (PJGT). Masa tugas dai bersifat kondisional sesuai kebutuhan.
Sedangkan dana yang dibutuhkan ditanggung oleh Yayasan Bina Saadah Sidogiri
melalui Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah dan Wakaf Sidogiri (Laziswa Sidogiri).
Pada tahun ini, sebanyak 31 dai telah disebarkan di wilayah Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tengah. Selain dibantu YBSS, pendanaan
pengiriman dai tersebut juga dibantu oleh Pusat Dakwah Yayasan dan Sosial
Al-Falah Surabaya. Ke depan, Urusan Guru Tugas dan Dai mengupayakan agar
pengiriman dai ini terus ditingkatkan.
b. Badan Pers Pesantren
Badan Pers Pesantren (BPP) merupakan baru dibentuk oleh Pengurus Pondok
Pesantren Sidogiri pada Periode 1428-14230. Tugas pokok dari badan ini adalah
melakukan pengawasan dan pengembangan terhadap majalah-majalah dan website yang
diterbitkan oleh berbagai institusi Pondok Pesantren Sidogiri.
Terdapat 7 media cetak, 1 website dan 6 majalah dinding (mading) yang diterbitkan
oleh berbagai instansi di Pondok Pesantren Sidogiri. Media-media tersebut
memiliki ciri khas, orientasi isi dan bidikan segmen pembaca yang berbeda.
Banyaknya media-media yang diterbitkan ini adalah untuk memacu kreativitas
santri dalam menulis. Karena kreativitas menulis merupakan tradisi ulama-ulama
tempo dulu.
BPP bertugas melakukan koreksi kelayakan terhadap isi dan tampilan
media-media tersebut sebelum diterbitkan dan dilempar ke pembaca, pada setiap
edisi. Tidak diperkenankan ada majalah yang terbit tanpa mendapat rekomendasi
dari BPP.
Hal ini dimaksudkan agar media-media tersebut layak terbit dan isinya tidak
bertentangan dengan visi-misi Pondok Pesantren Sidogiri. Kriteria umum dari isi
media-media tersebut adalah: 1) tidak bertentangan dengan paham Ahlussunnah,
baik secara akidah, syariah maupun akhlak; 2) tidak bertentangan dengan tradisi
luhur pesantren yang diteladankan oleh para masyayikh; dan 3) tidak rentan
menimbulkan keresahan di masyarakat.
Dengan filter ini diharapkan, para penulis dan pengelola media di Pondok
Pesantren Sidogiri tidak terlepas dari mainstream pendidikan yang sudah
digariskan oleh para pendiri Pesantren. Sebisa mungkin santri memang diupayakan
untuk menjadi generasi yang kreatif menulis, namun tidak sampai lepas kendali.
Tujuan Sidogiri adalah mencetak para penulis yang memegangteguh prinsip-prinsip
Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Selain menfilter isi dari berbagai tulisan di media-media tersebut, BPP
juga melakukan koreksi terhadap aspek jurnalistik, baik yang terkait dengan
tata tulis naskah maupun tampilan grafisnya. Hal ini dimaksudkan agar redaksi
dari berbagai media tersebut semakin berkembang dalam hal kemampuan
jurnalistiknya.
Media
Milik Pondok Pesantren Sidogiri
NO.
|
NAMA MEDIA
|
SEGMEN
|
INSTANSI
PENGELOLA
|
ORIENTASI
|
1
|
Buletin Sidogiri
|
Masyarakat
Umum
|
Sekretariat
|
Kajian,
refleksi dan informasi
|
2
|
Website SidogiriDotNet
|
Masyarakat
menengah ke atas
|
Sekretariat
|
Kajian,
diskusi, refleksi dan informasi
|
3
|
Majalah IJTIHAD
|
Santri dan
Alumni
|
Organisasi
Murid Intra Madrasah (OMIM-Aliyah)
|
Kajian,
refleksi dan santai
|
4
|
Buletin Nasyith
|
Kalangan
Sendiri
|
Pengurus
Pusat Ikatan Santri Sidogiri
|
Santai,
pergaulan dan gaya hidup islami
|
5
|
Buletin Istinbat
|
Kalangan
pesantren
|
Kuliah
Syariah
|
Kajian
serius
|
6
|
Buletin Tau’iyah
|
Masyarakat
Umum
|
Bag.
Ubudiyah
|
Penyadaran
ibadah
|
7
|
Bina Saadah
|
Masyarakat
Umum
|
Yayasan
Bina Saadah Sidogiri
|
Penyadaran
sosial
|
8
|
Mading Maktabati
|
Kalangan
Sendiri
|
Perpustakaan
Sidogiri
|
Dunia
buku dan informasi
|
9
|
Mading Himmah
|
Kalangan
Sendiri
|
Organisasi
Murid Intra Madrasah (OMIM-Aliyah)
|
Tabiyah,
Muamalah, Dakwah
|
10
|
Mading Madinah
|
Kalangan
Sendiri
|
Annajah Madrasah
Tsanawiyah.
|
Sosialisasi
paham Ahlussunnah
|
11
|
Mading Koreksi
|
Kalangan
Sendiri
|
Pengurus
Pusat Ikatan Santri Sidogiri
|
Problem
keagamaan dan sosial-kemasya-rakatan, terutama di daerah basis Sidogiri
|
12
|
Mading Ibtikar
|
Kalangan
Sendiri
|
Lembaga
Pengembangan Bahasa Arab dan Asing (LPBAA)
|
Pengembangan
Bahasa Arab/Asing
|
13
|
Mading Tafaqquh
|
Kalangan
Sendiri
|
Kuliah
Syariah
|
Kajian
Islam
|
14
|
Majalah Maktabatuna
|
Masyarakat
Umum
|
Perpustakaan
Sidogiri
|
Dunia Buku
|
H. KOORDINASI SEKRETARIS UMUM
a. Ikatan Santri Sidogiri (ISS)
Ikatan Santri Sidogiri (ISS) merupakan organisasi santri di Pondok
Pesantren Sidogiri yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas santri.
Organisasi ini didirikan pada 15 Muharram 1419 / 12 Mei 1998. Terdapat tiga
bidang yang digarap oleh organisasi ini dalam rangka mengembangkan kreativitas
santri, yaitu : Seni, tulis menulis, dan komputer.
Kegiatan ISS dijalankan dengan swadaya dari santri-santri sendiri. Pengurus
hanya menetapkan garis-garis umum, dan ikut mengawasi perjalanannya. Sedangkan,
pelaksanaan, tata teknis dan lain sebagainya dilakukan oleh santri-santri
sendiri.
1. Bidang Seni
Dalam pengembangan bidang seni, ISS mempunyai tiga jamiyah (unit kegiatan),
yaitu:
1. Jamiyah
al-Muballighin, sebuah jamiyah yang khusus melatih keterampilan santri dalam
berorasi. Untuk membekali para anggotanya, jamiyah ini menyelenggarakan diklat
retorika berpidato dengan mendatangkan tutor yang telah terjun di dunia dakwah.
2. Kedua,
Jamiyah Tahsinul-Khat, yang menfasilitasi santri dalam mengembangkan
keterampilan seni kaligrafi Arab. Materi pelatihan yang diselenggarakan adalah
seputar kaidah dasar beberapa jenis tulisan Arab (khat) dan hiasan-ornamen
mushaf (iluminasi). Pada setiap akhir tahun ajaran, jamiyah ini
menyelenggarakan pameran, Sidogiri Expo, yang memamerkan karya para anggota
Jamiyah Tahsinul-Khat. Pada tahun ini, para pengurusnya menerbitkan buku
tentang kaidah tahsinul-khat dan ilmunasi.
3. Jamiyah
Dufuf, jamiyah binaan ISS yang memberikan pelatihan keterampilan memainkan
rebana (hadrah). Hadrah ala Banjari dan Manduri merupakan jenis hadrah yang
ditekuni. Semua pelatihan yang difasilitasi oleh tiga lembaga ini dilaksanakan
tiap satu pekan sekali. Karena bersifat ekstra, pelaksanaannya dilakukan pada
hari libur, yaitu Jumat.
2. Tulis Menulis
Untuk menampung minat santri dalam dunia tulis menulis, ISS menerbitkan dua media, yaitu:
1. Buletin
Nasyith. Terbit setiap bulan. Tiap kali terbit, oplah Buletin Nasyith sekitar
1000 eksemplar. Orientasi isi dari Buletin Nasyith adalah pergaulan remaja dan
gaya hidup islami ini.
2. Mading
Koreksi. Terbit setiap dua pekan sekali. Pada pertengan tahun ini, tim redaksi
mading ini berhasil meraih juara juara I dan masuk dalam kategori mading
favorit di even lomba mading tingkat SMP/SMA/Pesantren yang diselenggarakan
oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Pasuruan.
3. Pengenalan
Komputer
Kursus pengenalan komponen komputer dan aplikasi software dasar perkantoran
seperti Microsoft Word dan Excel setiap tahun diselenggarakan oleh ISS. Kursus
ini diperuntukkan bagi murid Madrasah Miftahul Ulum tingkat Aliyah. Pada tahun
ini, pengurus ISS menambah alokasi waktu pelaksanaan kursus pada libur santri
bulan Ramadhan. Mengingat banyaknya permintaan dari kalangan luar Pondok
Pesantren Sidogiri yang akan mengikuti kursus komputer, terutama dari
madrasah-madrasah ranting Madrasah Miftahul Ulum di sekitar wilayah Pasuruan.
4. Yayasan Bina
Saadah Sidogiri
Yayasan Bina Saadah Sidogiri (YBSS) berdiri pada tanggal 01 Jumadal Ula
1426/8 Juni 2005. Lembaga ini didirikan untuk meningkatkan kiprah Pondok
Pesantren Sidogiri dalam bidang sosial. Saat ini, YBSS memiliki empat sub
lembaga, yaitu: Laziswa Sidogiri, Darul Aitam Sidogiri Surabaya (DAS-Surabaya),
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Shafa Marwah, dan Darul Khidmah Sidogiri
(DKS).
5. Laziswa
Sidogiri
Laziswa Sidogiri didirikan sebagai upaya untuk mengikis kesenjangan antara
masyarakat yang taraf ekonomi atas dan masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Lembaga ini aktif menampung dan mendistribusikan dana sosial.
Untuk menghimpun dana, Laziswa Sidogiri menyosialisasikan gerakan sadar zakat yang dikemas dengan forum dialog, mendatangi para pengusaha atau lembaga-lembaga di luar pesantren, dan merekrut koordinator penggali dana di beberapa wilayah di Pasuruan.
Untuk menghimpun dana, Laziswa Sidogiri menyosialisasikan gerakan sadar zakat yang dikemas dengan forum dialog, mendatangi para pengusaha atau lembaga-lembaga di luar pesantren, dan merekrut koordinator penggali dana di beberapa wilayah di Pasuruan.
Dalam mendistribusikan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf dari para
donatur kepada masyarakat yang kurang mampu, Laziswa Sidogiri mempunyai empat
program, yaitu: Program Kusir (Kucuran Subsidi Fakir), Program Pelana
(Pendidikan dan Pelatihan Siap Guna), Kuda (Kucuran Dana Usaha), dan Pedati
(Pembinaan Dai Terlatih). Selain
pemberian bantuan dalam bentuk uang tunai, layanan jasa, dan bahan kebutuhan
pokok, Laziswa Sidogiri juga mendistribusikan zakat berbentuk barang-barang
yang bisa membantu para penerima zakat untuk mengembangkan usahanya (zakat
produktif).
6. Darul Aitam
Sidogiri Surabaya (DAS Surabaya)
DAS Surabaya
adalah pesantren yatim yang didirikan oleh alumni Pondok Pesantren Sidogiri di
Surabaya. Sejak tahun 1419 H, pengelolaan DAS Surabaya diserahkan kepada Pondok
Pesantren Sidogiri, yaitu di bawah koordinasi Ketua II Pondok Pesantren
Sidogiri. Pada tahun 1426, ketika YBSS berdiri, DAS Surabaya dikelola oleh
YBSS.
Menempati gedung seluas 160 m2 x 3 lantai dan gedung seluas 160 m2 x 1
lantai di Jl Bonowati I/25 Simolawang Simokerto Surabaya, saat ini DAS Surabaya
menampung 76 anak yatim ditambah 72 anak purna asuh (sudah mencapai usia akil
balig) dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Fasilitas gedung tersebut sudah
termasuk asrama santri, ruang kelas, perpustakaan, dapur, dan kantor.
Karena fasilitas yang ada sudah tidak memadai, maka pada tahun ini Pengurus
YBSS dan DAS Surabaya sedang mengupayakan penambahan gedung baru di Jl Bolodewo
30 Simolawang Simokerto Surabaya, sekitar 15 meter dari gedung pertama. Gedung
baru tiga lantai ini akan dibangun di atas tanah seluas 240 m2 . Selain
penambahan gedung, pada tahun ini DAS-Surabaya juga meresmikan pembukaan cabang
baru di Lumajang yang terletak di Jl Brigjen Katamso No. 3 Lumajang.
7. KBIH
Shafa Marwah
KBIH Shafa Marwah merupakan salah satu badan milik YBSS yang bertugas
melakukan bimbingan manasik haji kepada masyarakat. Badan ini didirikan pada
bulan Rabius Tsani 1429. Namun untuk melangkah lebih jauh, badan ini terbentur
dengan peraturan pemerintah tentang larangan pembukaan biro perjalanan haji
baru.
8. Darul Khidmah
Sidogiri
Kepedulian terhadap masa depan anak-anak dari keluarga miskin mendorong
alumni Pondok Pesantren Sidogiri di Jakarta untuk mendirikan pesantren yang
diberi nama Darul Khidmah Sidogiri (DKS). Lembaga yang masih dalam tahap
pembangunan sarana dan prasarananya ini, kelak akan menampung anak-anak dari
keluarga yang kurang mampu untuk diberi bekal ilmu pengetahuan agama dan
pendidikan umum. DKS berbeda dengan DAS Surabaya yang hanya menampung anak-anak
yatim.
Pesantren ini terletak di Pamahan Jatireja Bekasi. Pengelolaan DKS
diserahkan kepada YBSS. Sumber dana pembangunan dan biaya operasional lembaga
ini dicukupkan dari sumbangan para alumni di Jakarta dan tidak menutup
kemungkinan sumbangan dari para simpatisan.
9. Sekretariat
Pusat Layanan
yang Menyenangkan
Sebagai pusat seluruh proses layanan administrasi dan hal-hal lain yang terkait
dengan pesantren, Sekretariat Pondok Pesantren Sidogiri berkomitmen menerapkan
motto layanan yang cepat, akurat, dan hemat. Motto layanan ini juga
disempurnakan dengan pelayanan yang mengedepankan 5S (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, dan Santun).
Sekretariat menjadi pengendali dari seluruh proses administrasi dan
manajemen Pondok Pesantren Sidogiri. Program Kerja Pengurus, sebagai tulang
punggung utama manajemen Pondok Pesantren Sidogiri, dibuat dalam periode kerja
tahunan berdasarkan usulan dari bawah ke atas. Pelaksanaan dari program-program
ini dievaluasi setiap bulan dalam laporan Pengurus Pleno terhadap Pengurus
Harian.
Selain dari laporan Pengurus Pleno, Sekretariat menghimpun semua informasi
tentang kondisi riil Pondok Pesantren Sidogiri dari laporan bulanan yang
dilakukan oleh Kepala Kamar secara bergantian kepada Kepala Daerah dan Pengurus
Harian yang menangani kedaerahan. Dari laporan mereka ini, Sekretariat
menghimpun informasi-informasi sampai ke lingkup yang sangat kecil.
Ada lima tugas pokok yang ditangani oleh Sekretariat Pondok Pesantren
Sidogiri, yaitu: Hubungan Masyarakat (Humas) dan Informasi, Keorganisasian
Santri, Pengembangan Teknologi Informasi, Penyediaan dan Pengelolaan Data,
serta Penanganan Arsip dan Korespondesi. Masing-masing tugas ini ditangani oleh
seorang sekretaris yang dibantu oleh beberapa staf, dan dikoordinir oleh
Sekretaris Umum.
I. KOORDINASI BENDAHARA UMUM PONDOK PESANTREN SIDOGIRI
a. Kopontren
Sidogiri
Sebuah lembaga pendidikan sulit untuk berjalan tanpa ada dukungan finansial
yang kuat. Oleh karena itu, Kopontren Sidogiri sebagai salah satu badan usaha
milik Pondok Pesantren Sidogiri terus melakukan peningkatan dan perbaikan di
segala bidang, baik sistem maupun manajemennya. Hal ini dilakukan agar
Kopontren Sidogiri mampu mengejar target yang telah ditetapkan oleh pengurus
Pondok
ikut nyimak tulisan-tulisan yang dipostingkan di blog ini .. sukses
BalasHapusindahnya kehidupan pesantren.
BalasHapussemoga denganya kita dapat mencapai ridhoNYA amin.....